Di kamar masa mudanya yang sederhana itu, Naira duduk di depan meja, layar laptop terbuka dengan desain yang terus ia periksa ulang. Matanya sedikit lelah, tapi jari-jarinya masih telaten menggeser detail, memeriksa warna, garis, dan konsep ruang yang sudah ia bangun.Terdengar derit pintu terbuka, Ambar datang dengan membawa segelas susu hangat di tangannya. Ia meletakkannya pelan di samping laptop Naira.“Jangan ngoyo, Nai. Kamu itu lagi hamil. Ingat, anak itu akan bawa rezekinya sendiri-sendiri,” ucap Ambar lembut, penuh kasih.Naira menoleh, tersenyum kecil. Tangannya mengusap perut yang masih datar, seolah mencoba menyapa kehidupan kecil yang tumbuh di dalamnya.“Mungkin ini yang disebut rezeki anak, Bude,” ucap Naira lirih. “Mas Ardi saja sampai nggak percaya kalau perusahaan sebesar V-Inno bisa tertarik bekeja sama dengan perusahaan kecil kayak kita.”Ambar mengernyit penasaran. “V-Inno itu apa, Nai? Perusahaan gede, ya?”Naira terdiam sejenak, mencoba merangkai kata. “V-Inno i
Last Updated : 2025-08-30 Read more