Calysta berjalan menjauh, langkahnya menghentak di atas salju, meninggalkan jejak yang cepat tersapu angin dingin.Seno masih berdiri tegak, napasnya berat. Tatapannya beralih tajam ke putranya. “Kamu sengaja ketemu dia?”Devanka menoleh singkat. “Nggak.”“Jangan bohong sama Papa, Dev,” desak Seno, nadanya menusuk. “Kebetulan apa tadi? Dia bisa nemuin kamu di sini, tepat di depan rumah sakit?”Devanka menarik napas, tatapannya tak bergeming. “Aku keluar mau beli kopi. Dia yang nyamperin.”Seno menyipitkan mata, tak sepenuhnya percaya. “Tapi kamu diem aja tadi, biarin dia ngoceh sampai segitu panjang?”“Biar dia capek sendiri,” jawab Devanka singkat, bahunya sedikit terangkat seolah menutup pembicaraan.Seno mendengus, kesal, tapi memilih tidak memperpanjang. “Udah, balik aja sana, Dokter nyariin kamu dari tadi.”Tanpa protes, Devanka mengangguk kecil. Keduanya berjalan kembali menuju rumah sakit. Sesampainya di ruang pemulihan, Devanka langsung masuk dan melihat seorang dokter berse
Last Updated : 2025-08-13 Read more