Langit Kekaisaran Barat tampak tenang, seolah tidak tahu badai seperti apa yang sedang bergolak di bawahnya. Dari kejauhan, bendera-bendera merah keemasan berkibar, menandakan hari besar bagi seluruh kerajaan. Namun di balik gemerlap perayaan dan suara musik yang mengiringi, udara terasa begitu menekan, berat, seolah dunia sendiri menahan napas.Rangga berdiri di tengah aula giok putih yang megah, kedua tangannya terkepal di belakang punggung. Cahaya dari lentera kristal menggantung tinggi di atas kepalanya, memantulkan sorot dingin dari mata pria itu. Bram berdiri di hadapannya, napasnya memburu, wajahnya tegang.“Yang Mulia,” ucap Bram dengan suara serak, “pasukan Timur sudah mendekat. Bendera mereka sudah terlihat dari menara penjagaan. Dua puluh lima ribu orang, mungkin lebih.”Rangga tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, wajahnya tanpa ekspresi, namun aura marahnya menekan udara di sekitarnya.Perdana Menteri yang berdiri di sisi kanan akhirnya maju satu lan
Last Updated : 2025-11-04 Read more