Hari-hari terus berlanjut, dan musim dingin belum juga beranjak.Salju masih menumpuk di seluruh daratan Timur, menutupi atap-atap istana, jalanan batu, hingga taman-taman yang biasanya ramai kini senyap dilapisi putih pucat. Angin berhembus lembut, membawa udara yang menusuk tulang, sementara di menara tertinggi penginapan para utusan, Putra Mahkota Rey berdiri diam di depan jendela kaca besar, menatap jauh ke luar sana.Bola matanya, ungu sebening kristal, memantulkan lanskap beku yang membentang sejauh mata memandang. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu—mungkin segala hal, atau mungkin justru tidak ada apa pun.Di belakangnya, tangan kanannya, Jenderal Alrek, berdiri tegap namun gelisah. “Yang Mulia,” ucapnya hati-hati, “musyawarah besar telah ditunda. Cuaca juga mulai memburuk. Apakah kita akan segera kembali ke Kekaisaran Barat?”Rey tidak langsung menjawab. Ia hanya melirik sekilas dari balik bahunya, bibirnya melengkung membentuk senyum kecil—senyum yang samar, namun
Last Updated : 2025-10-24 Read more