Suara napas berat Rangga terdengar satu-satu, seperti hembusan angin yang kehilangan arah. Dalia masih berdiri kaku di depannya, jemarinya gemetar hebat, sementara pedang di tangannya kini sudah berlumuran darah segar yang menetes pelan ke tanah. Uap hangatnya bercampur dengan dingin udara malam, membentuk kabut tipis di antara mereka berdua.Rangga masih menatapnya. Di matanya, masih ada api—lemah, tapi belum padam.Dalia menggenggam gagang pedangnya lebih erat, lalu dengan satu gerakan tajam, menarik bilah itu keluar dari dada Rangga. Suara daging yang sobek membuat tubuhnya merinding.Rangga terhuyung ke depan, darah menyembur dari luka di dadanya, memercik ke wajah Dalia yang pucat. Ia berusaha tetap tegak, tapi lututnya goyah. Tubuhnya akhirnya berlutut di tanah dengan napas berat yang semakin tidak beraturan.Darah menetes deras dari sudut bibirnya, tapi entah mengapa, Rangga justru tersenyum. Senyum yang penuh pahit, tapi juga... entah, ada ketenangan aneh di sana.“Apa... a
Last Updated : 2025-11-11 Read more