All Chapters of Terlanjur Mengandung Benih Tuan Vir: Chapter 61 - Chapter 70

"Vita, kau Kenapa? Apa yang membuatmu sampai menangis seperti ini?" Pertanyaan itu masih tadi tanggapi oleh Vitania, dirinya justru malah memeluk sang Mama dengan Isak tangis, yang membuat Jeslyn benar-benar bingung akan anaknya tersebuy, sehingga dirinya mengusap lembut punggungnya dan berusaha untuk menenangkannya. "Vita sudahlah. Sebenarnya apa yang kau tangisi sendari tadi Mama bingung bagaimana cara menyikapinya kalau kau tidak jujur kepada Mama apa yang sebenarnya terjadi."Vita masih belum berani untuk berkata jujur kepada mamanya, apalagi kalau Papanya sampai Mendengar hal ini mungkin Papanya akan lebih marah dari sebelumnya dan mungkin saja Papanya tidak akan memaafkan dirinya juga mamanya dan akan benar-benar mengusir mereka dari rumah ini. Sementara Jeslyn terus menerus menenangkan anaknya, membuat Vita akhirnya berusaha untuk meredam tangisnya.Perlahan, dia mulai mengangkat wajahnya hingga membuatnya melepaskan pelukannya dan keduanya saling menatap satu sama lain deng

"Baik, sekarang silakan kau bercerita semaunya aku berusaha untuk mendengarkannya namun aku tidak berusaha untuk mencerna semuanya.""Iyap. Tidak masalah karena ucapanku ini memang tidak terlalu penting mungkin menurutmu tapi ini penting untuk diketahui oleh keluarga besarmu."Ocehan itu benar-benar membuat Vir bosan. Dia hanya terdiam dan terus bersedekap dada dengan posisi yang masih sama bersandar tepat pada kepala ranjang itu dan kaki yang berselonjor di atas kasur."Jadi ... Beberapa tahun yang lalu saat papamu itu mengalami sebuah kecelakaan di puncak, kau mungkin belum tahu kalau sebenarnya papamu itu menabrak satu mobil yang berisikan satu keluarga. Karena pemberitaan itu dijelaskan bahwa papamu hanya mengalami kecelakaan tunggal tapi nyatanya satu mobil yang tidak sengaja ditabrak oleh papamu itu jatuh ke jurang dan mengakibatkan dua orang meninggal."Vir terdiam, dirinya yang dari tadi mendengarkan apa yang diucapkan oleh Joan membuat dia langsung membenarkan posisi duduknya

Sementara itu, di rumah Jesslyn. Wanita berusia sekitar 45 tahun itu Tengah duduk terdiam di ruang depan.Pikirannya masih tertuju dengan kemarahan sang suami tadi pagi apalagi suaminya mengatakan kalau dirinya harus bertanggung jawab sendiri atas hutang-hutang membuat pinjam ke bank bahkan ke beberapa temannya. 'Aku harus bagaimana sekarang. Mana sebentar lagi sudah jatuh tempo untuk pembayaran bulan pertama di bank. Maka aku juga sudah mengatakan kepada beberapa temanku untuk membayarkannya bulan depan.' batinnya.Jesylin menghelaj afasnya panjang. Ia tidak tahu, apa yang harus dilakukan. Apakah dia berpikir untuk bekerja di tempat lain agar bisa mendapatkan uang untuk bisa membayar hutang-hutang tersebut karena sampai kapanpun suaminya tidak akan mau membayar semua itu.Bahkan bisa-bisa dirinya pasti nanti dijebloskan ke penjara karena tidak bisa membayar hutang itu. Ia mengusap seluruh wajahnya.Vitania, yang baru keluar dari kamar. Melihat kearah mamanya yang tengah duduk melamu

"Sudahlah, cepat kau katakan!" Bentak Vir yang membuat Rendra langsung melihat di sekeliling tempat Itu yang malam ini memang tengah ramai dan berbisik. "Tuan, sepertinya anda harus mempelankan volume suara anda, jangan sampai sama seperti kejadian waktu itu."Bisikan dari asistennya itu membuat Vir mulai mengontrol emosi, ia mengatur nafasnya beberapa kali dan masih tertuju pada Joan. "Baik, kau ceritakan semuanya apa yang kau tau."Joan mengangguk kecil. "Oke, seperti pesan yang aku kirimkan kepadamu tadi pagi. Kalau Papamu bisa mengalami kecelakaan itu, karena beliau mabuk berat bersama dengan istri keduanya, yaitu Jane. Dia bertengkar, dan akhirnya mengendarai mobil dalam keadaan mabuk hingga saat di puncak itu dia menabrak satu keluarga yang mungkin yang masuk ke jurang.""Iya, kau tadi pagi mama mengatakan itu tetapi aku minta bukti dan faktanya. Karena semua ucapanmu bisa saja karangan jika tidak ada buktinya.""Baik, aku akan memberikan bukti kepadamu saat papamu mabuk berat,

Perlahan, ia membuka map tersebut dan melihat isi di dalamnya. 'Surat wasiat. Ini yang aku cari,' batinnya tersenyum.Vir langsung duduk di sofa dengan memegang map yang telah ia temukan tadi. Perlahan ia mulai membaca isi dari surat wasiat tersebut.Hampir sekitar beberapa menit lamanya ia membaca dari awal sampai akhir, seketika itu pula ia terdiam langsung meletakkan surat itu tepat di atas meja. Dengan pandangan yang lurus ke depan, ia mencerna setiap tulisan yang tertera di sana."Di sini tidak mengatakan apapun kecuali yang berhak mendapatkan hak waris itu adalah yang memiliki anak lebih dulu. Hanya itu saja." Monolognya.Vir menyandarkan tubuhnya di sofa. "Berarti berita tentang kepergian Papah yang disembunyikan itu tidak ada dalam surat wasiat ini. Lantas, aku harus dimana mencari kebenarannya, atau aku harus ke kantor polisi yang berada di dekat puncak itu untuk menanyakan hal ini?" Gumamnya.Pandangannya tertuju kembali ke arah map tersebut. Perlahan, ia mengambil kembali l