All Chapters of Diasuh Bos Besar: Chapter 41 - Chapter 50

Perasaan lega tak terkira, mengalir deras dalam dada begitu mobil pribadi Alisa memasuki pintu gerbang rumah Tuan Malik.“Pak Hendro, apa boleh saya minta ganti mobil mulai besok?”Tanya Alisa setelah kendaraan berhenti didepan rumah.“Tentu saja anda boleh memakai mobil apa saja yang ada disini, Nona!” Jawab Pak Hendro kemudian melepas safty beltnya.“Kalau begitu, besok antar saya pakai mobil yang lainnya saja ya!” Titah Alisa sambil membuka pintu kendaraannya. Kakinya perlahan melangkah keluar.“Siap, Non! Kalau boleh tahu Non Lisa pilih mobil yang mana?” Tanya Pak Hendro lebih detail. Kini ia mematikan mesin kendaraan dan melangkah keluar. Membantu membuka pintu untuk Nona majikannya.“Terserah! Pokoknya jangan yang ini lagi!” Tegas Alisa lalu berdiri tegak sambil memanggul tas sekolahnya. “Baik, Non!” Jawab Pak Hendro menurut kemudian menutup pintu kendaraan.Setelah berada didalam kamar, Alisa menghempas tubuh kecilnya diatas ranjang hingga memantul-mantul ringan. Ia sadar tela

Pagi menjelang, sang surya menyapa Alisa dengan sinarnya yang lembut dan menghangatkan pipinya hingga merona merah. Alisa menggeliat, tidurnya semalam begitu nyaman sekali karena ia merasa ada seseorang yang memeluknya semalaman dengan hangat dan penuh kasih sayang. Matanya menoleh kesamping ranjang, berusaha menangkap sosok yang telah memeluknya diam-diam. Namun, ia jadi meragukan dirinya sendiri saat tidak menemukan siapa pun disampingnya bahkan didalam kamarnya. “ Sepertinya aku hanya bermimpi saja semalam.” Ucapnya dengan perasaan kecewa. “Tapi kenapa sentuhannya begitu terasa nyata? Seakan itu bukan mimpi." Kedua tangannya bergerak memeluk tubuhnya sendiri perlahan. Berusaha mengingat dan merasakan lagi hangatnya pelukan dari seseorang yang telah memeluk tubuhnya semalam. Walaupun ya semua itu hanya mimpi. Ditegakkan punggungnya lalu duduk di pinggir ranjang. “Apakah itu karena aku sedang merindukan kehadiran Tuan Malik?” Alisa menutupi wajahnya sesaat. Pertanyaan itu ditujuka

Dering ponsel yang berbunyi nyaring, langsung menyadarkan lamunan Tuan Malik akan kekacauan yang menyelimuti pikirannya akan sosok Alisa. Dan dering ponsel itu, tentu saja mampu memecah keheningan suasana canggung yang tengah melanda keduanya.Tangan Tuan Malik gegas merogoh ponsel yang masih berbunyi dari saku celananya, sedangkan Alisa hanya diam memperhatikan saja.“Riko?” Ucap Tuan Malik dalam hati, saat membaca nama penelpon yang tertera di layar ponsel.“Ya, Ada apa Rik...” Mata Tuan Malik melirik sekilas ke arah Alisa yang ternyata sedang menatapnya curiga.“Ka... Ada apa Rika?” Ulang Tuan Malik yang langsung mengganti nama Riko menjadi Rika, agar rahasianya yang seorang Bos Besar pemilik Klub malam Sugar Babe tidak terbongkar oleh Alisa.Satu alis Alisa terangkat. “Rika? Siapa dia? Apakah dia gadis yang sama sepertiku? Yang juga diasuh Tuan Malik entah dimana?” Bathin Alisa memendam rasa curiga begitu mendengar nama itu. Diseberang telpon, Riko langsung mengerutkan keningnya

Rontaan suara Marlena begitu keras dan penuh kegigihan, saat Riko berusaha menarik paksa tangan dan tubuhnya agar segera lepas dari tubuh Bosnya. “Tidak mau, Manajer! Aku gak mau melepasnya. Bos sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku. Tapi dia membohongiku, Manajer Riko!” Teriak Marlena histeris, yang terus mempertahankan pelukannya agar tidak lepas dari tubuh Tuan Malik. “Panggil Thomas, Kepala Keamanan untuk membantumu, Riko!” Perintah Tuan Malik tidak sabar. Ia sengaja tidak memberi kesempatan pada Riko untuk tersentuh hatinya setelah melihat kondisi Marlena, dan tidak ingin Manajer Operasionalnya itu terprovokasi oleh hasutan Penarinya. Ia ingin Riko hanya fokus menuruti perintahnya saja. “Baik, Bos!” Tangan Riko gegas mengambil Handy Talky yang tersemat di pinggangnya. Memanggil Kepala keamanan Klub malam untuk segera datang membantunya. Tak lama kemudian, seorang laki-laki tinggi kekar berkulit gelap, bernama Thomas, Kepala Keamanan Night Club, datang dan membantu Ri

Alisa menatap nanar kepergian laki-laki dewasa yang sudah mengambil Ciuman pertamanya itu dengan cara yang sedikit berbeda. Meskipun sebenarnya ciuman itu bukanlah yang pertama bagi Alisa, karena Tuan Malik pernah mencium bibirnya saat memberinya pernafasan buatan usai tenggelam. Hanya saja waktu itu dirinya sedang dalam kondisi tidak sadar. Walau cara pria matang itu memberinya ciuman pertama tadi sempat membuatnya ketakutan dan menderita, namun anehnya, kejadian itu tidak membuatnya sedih. Justru terselip perasaan bahagia di dalam hatinya. Dan ia tidak akan jera bila hal itu sampai terulang lagi pada dirinya. Dengan dada yang masih berdegub dengan kencang usai mengalami kejadian yang begitu mengejutkan tadi. Alisa menarik lepas seprei tempat tidurnya yang basah dan kotor oleh muntahannya, dan membawanya ke kamar mandi untuk membersihkannya. Rasanya seperti baru terbangun dari mimpi buruk sekaligus mimpi indah saja. Perasaan sedih dan bahagia yang beradu memadati hatinya, membuat