"Bunganya cantik sekali, bu." "Benar bukan, sangat cantik seperti putri kecilku." "Anda punya putri ternyata." "Begitulah, dia sangat cantik dan pintar, saat ini sedang melakukan pertukaran pelajar ke luar negeri." "Wah hebat sekali, kapan dia pulang?" "Saya tidak tahu, mungkin tahun depan," kali ini suara itu terdengar rendah dan penuh kerinduan. Cahaya yang berdiri tak jauh dari tempat itu menutup mulutnya menahan tangis, apa mamanya mengalami amnesia, sehingga kenangan terakhirnya saat dia SMA. "Dok?" "Mamamu tidak amnesia, dia mungkin hanya masih terjebak pada kenangannya bersamamu untuk terakhir kali." Seolah bisa membaca apa yang akan ditanyakan Cahaya dokter Natasya menjelaskan. Cahaya memang bersikeras untuk menemui mamanya, meski sang dokter dengan berat hati mengizinkan asalkan dia tak langsung memperlihatkan wajahnya pada sang mama. Berkaca pada kejadian masa lalu, sang mama langsung histeris dan berteriak pembunuh saat melihatnya padahal sebelumnya sang mama
Last Updated : 2025-09-21 Read more