All Chapters of Gairah Cinta Yang Berdosa: Chapter 41 - Chapter 50

Pekerjaan yang terus bertumpuk membuat Cecilia lebih sering lembur, tetapi paginya harus terburu-buru datang ke kantor lagi. Project Maison Noire benar-benar memeras seluruh tenaganya, tetapi dia dengan senang hati melakukan semua itu. Meski sebagai gantinya, dia nyaris melupakan dirinya sendiri. Kadang telat makan, kurang tidur, dan tentu saja membuatnya melupakan waktu bersantai dengan main ponsel.Malam ini, Cecilia kembali duduk di balik meja kerjanya, dengan layar MacBook terbuka dan menampilkan setumpuk pekerjaan yang memaksa kedua matanya untuk tidak lelah terbuka lebar. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dia kembali lembur. Kali ini, Cecilia sedang memeriksa beberapa desain final untuk sampel gaun dan jas under pria yang dikirimkan fashion designer-nya siang tadi—yang baru bisa dia periksa sekarang karena seharian ini dia sibuk.Tiba-tiba, pintu kaca ruangannya yang memang tidak dikunci didorong dari luar. Seseorang melangkah masuk tanpa suara. Namun, dari aroma mask

Mansion megah keluarga Langston malam itu tampak dihias mewah. Banyak dekorasi yang menambah kesan mahal tempat luas itu. Lena Langston dan Edgar Langston benar-benar membuat pesta yang meriah untuk perayaan hari pernikahan mereka.Banyak tamu yang diundang sehingga orang-orang tampak tidak henti datang membanjiri tempat acara. Hidangan mewah disiapkan dengan baik, dilengkapi para pelayan yang sibuk mondar-mandir menangani tamu. Ada sebuah panggung yang menjadi pusat acara, sementara lokasi acara berada di halaman luas mansion.Sekarang, di tengah-tengah panggung yang dihias sedemikian rupa itu, kedua bintang acara tampak tengah berdiri bersisian dan saling menggengam tangan. Lena Langston tampak didandani bak ratu dari sebuah kerajaan. Wanita paruh baya itu mengenakan princes dress mewah warna putih, mirip dengan gaun yang dia gunakan dulu saat hari pernikahan. Tidak jauh berbeda dengannya, Edgar Langston pun tampak gagah dengan tuksedo senada. Di saku dada kirinya ada setangkai mawa

“Kau sudah gila, Bertha?” Suara Evan melengking tajam, menggelegar ke seluruh penjuru ruangan yang megah itu.Saat ini, Evan, Bertha, Edgar, dan Lena, sedang berkumpul di ruang tamu megah mansion keluarga Langston. Namun, suasana di ruangan itu tegang mencekam. Terutama yang dirasakan Bertha. Semua orang di ruangan itu menyudutkannya.“Kenapa kau mengusik Cecilia lagi, hah?” bentak Evan lagi.“Mengusik?” Bertha buka suara dengan emosi. “Aku mengungkap kebenarannya, Evan!” balasnya, ikut membentak.“Kebenaran apa yang kau bilang?” Suara Evan kembali menggelegar, pecah oleh emosi yang membakar. “Kau lihat dengan kedua matamu! Karena tingkah bodohmu, perselingkuhan kita jadi terbongkar!” bentaknya frustrasi.“Memang apa yang salah, hah? Sebaiknya hubungan kita juga diketahui orang, kan? Lagi pula, Cecilia sudah terbukti berselingkuh darimu!” Bertha menjawab cepat.Evan mengumpat kasar, berdecak kencang, lalu mengusap wajah geram. “Bertha, gunakan otakmu sekali-kali! Menyinggung Paman Cha

Malam sunyi. Cecilia duduk di balkon menatap langit yang dihiasi oleh bulan dan bintang. Wanita cantik itu seharian hanya berdiam diri di penthouse megah Charles. Banyak pelayan menghidangkan makanan, tetapi dia hanya makan sedikit saja.Nafsu makannya telah lenyap, banyak hal yang mengusik pikirannya. Dia ingin sekali lari dari kenyataan ini, tetapi takdir tak mungkin memihak. Sebab, yang dia dapatkan dirinya harus menghadapi semuanya. Hanya berbeda Charles selalu ada di depan, melawan siapa pun yang menyakitinya.“Pelayan bilang kau makan hanya sedikit.” Charles muncul dan duduk di samping Cecilia.Cecilia menoleh, menatap Charles yang duduk di sampingnya. “Kau sudah pulang?” tanyanya pelan.Charles mengangguk. “Ya, urusan sudah aku selesaikan. Maaf, aku pulang sedikit malam. Kau pasti kesepian.”Cecilia terdiam sebentar, dengan raut wajah muram. “Kau sudah datang ke kantor tadi?” tanyanya pelan.Charles kembali mengangguk.“A–apa kau bertemu dengan Evan?” tanya Cecilia lagi.“Aku t

Sudah nyaris enam jam Cecilia hilang dan Charles belum mendapatkan sedikit pun informasi mengenai keberadaan wanita itu. Titik terbaru, yang terakhir dapat dilacak, adalah Cecilia memasuki sebuah taksi dan taksi tersebut bak lenyap ditelan bumi.“Kau sudah dapat informasi terbaru?” Charles langsung memburu Martin yang kembali menghubunginya. Dia berbicara melalui fitur Bluetooth Hands-Free Calling yang tersambung dengan mobil sport mewahnya.“Ya, Tuan. Saya berhasil melacak titik terakhir ponsel Nona Cecilia. Lokasinya berada tidak jauh dari unit apartemennya. Kemudian, saya juga sudah berhasil melacak taksi yang ditumpangi Nona Cecilia.” Martin menjawab cepat dan lugas.Charles merenung sesaat. “Apa ponsel Cecilia tidak bisa dilacak lagi?”“Tidak, Tuan. Mungkin saja ponsel Nona Cecilia kehabisan baterai sesaat setelah meninggalkan gedung apartemen,” jawab Martin sopan.“I know.” Charles menggeram marah, kembali memukul setir dengan amarah menggelegak. “Kau urus sopir taksi itu. Buat