LOGINDikhianati oleh tunangannya sendiri, Cecilia justru terjerat dalam pelukan pria yang jauh lebih berbahaya. Wanita cantik itu tak pernah menyangka dunianya akan runtuh dalam sekejap. Sebuah video skandal menghancurkan kepercayaannya—tunangan yang begitu dia cintai ternyata tidur dengan sahabatnya sendiri. Hancur, marah, dan kehilangan arah, Cecilia mencari pelarian di sebuah kelab malam … dan menemukan seorang pria misterius yang membakar tubuh dan jiwanya dalam satu malam yang penuh gairah. Namun segalanya berubah saat dia mengetahui kebenaran bahwa pria asing yang berhasil menjerat dengan hasrat membara adalah Charles Langston, paman dari tunangannya sendiri. Cecilia terperangkap di antara dendam dan hasrat. Di antara cinta yang seharusnya dia jaga serta api terlarang yang semakin membakar batas moral dan logika. Seberapa jauh dia akan membiarkan dirinya terbakar dalam dosa ini? Harusnya dia lari menghindar, atau dia malah terjebak di dalam sangkar emas Charles Langston? Ini bukan tentang cinta biasa. Namun, ini tentang hasrat tak tertahankan bercampur dengan dosa yang seharusnya tarjadi. Skandal panas, membuat dua insan itu sama-sama masuk ke dalam lingkaran api.
View More“Aku mau wine,” kata seorang wanita pada sang bartender yang segera menjawab dengan patuh.
Cecilia Moreau lalu melemaskan duduknya di sebuah kursi, berusaha menenangkan diri. Namun, bayangan-bayangan memuakkan itu tak mau enyah dan justru makin membakar dadanya. Bayangan ketika melihat pria yang dicintainya mencumbu rakus sahabatnya sendiri.
“Minuman Anda, Nona.”
Cecilia langsung meraih gelas di meja dan menenggak isinya hingga tandas sekaligus, sampai minuman dengan kadar alkohol tinggi itu meluber membasahi dress-nya.
Desahan yang terdengar rendah dari video itu kembali terbayang. Membuat kesabarannya kembali terbakar habis. Terlebih begitu melihat sendiri bagaimana kedua orang yang begitu dia percaya ada di dalam video berdurasi tiga puluh menit, saling melempar kata cinta, lalu saling melucuti pakaian, dan berakhir telanjang di ranjang melakukan sebuah pergulatan panas yang tak pernah sama sekali dipikir olehnya.
“Sialan!” maki Cecilia murka. Wanita cantik itu kembali meminta bartender untuk mengisi gelasnya yang telah kosong. Kesadarannya mulai mengawang.
Dia seharusnya tak berakhir di tempat terkutuk ini, di sebuah kelab malam, bergabung dengan banyak orang yang tampak sedang bersenang-senang. Berbeda dengan dirinya yang datang ke sini dengan emosi meledak-ledak.
Beberapa saat lalu, Cecilia pergi main ke rumah Bertha Stone, sahabat yang paling dia sayangi sekaligus percaya. Mereka telah bersahabat sejak SMA. Jadi, kurang lebih Bertha masuk sebagai jajaran orang yang paling dia percayai di dunia ini.
Tidak sebelum dia melihat sendiri video Bertha berciuman panas hingga berhungan seks dengan Evan Langston, pria yang menjadi tunangannya. Adegan itu dia lihat secara tak sengaja, di laptop sahabatnya yang telah berkhianat.
Rasanya dunia Cecilia hancur tak bersisa.
“Tambah,” kata Cecilia untuk yang kesekian kali. Kesadarannya telah hilang perlahan-lahan karena asupan alkohol yang terus-menerus. Namun, untuk saat ini, dia tak ingin berhenti. Tidak sampai bayangan sialan itu lenyap dari kepalanya dan rasa sakit tak lagi menyayat hatinya.
Luka dari pengkhianatan ternyata semenyakitkan ini.
Tiba-tiba seorang pria tampan duduk di sampingnya. “Vodka,” kata pria itu dengan suaranya yang serak dan dalam.
Cecilia mengernyit, kembali menenggak sisa wine di gelas. Namun, matanya tak bisa lepas dari wajah tampan itu. Ya, tampan. Bahkan sangat tampan. Pahatan itu tampak sempurna, mirip Dewa dalam mitologi Yunani. Dia mendadak membandingkan rupa Evan dengan wajah pria itu.
“Kau lebih tampan darinya.” Cecilia mulai meracau. “Bagaimana mungkin dia berkhianat dariku padahal wajahnya tidak lebih tampan darimu?” Sekarang dia beranjak turun dan mendekati pria yang nyaris menenggak vodka di gelasnya itu.
Sang pria tampan seketika terdiam, menunggu aksi apa yang akan dilakukan wanita muda itu.
“Aku cantik, kan?” tanya Cecilia dengan kedua mata yang sudah sulit terbuka. “Tubuhku juga bagus.” Dia membawa tangan kiri pria itu dan menyentuhkannya ke pinggangnya.
Namun, tangan itu bertahan di sana. Cecilia lalu tersentak kecil saat tangan pria itu mendorongnya. Membuatnya menubruk dada bidang sang pria yang masih memegang gelas vodka.
Cecilia tak beranjak di sana, mulai merasakan kenyamanan lain dari dada bidang pria asing itu. Tubuhnya berdesir panas. Matanya kembali menyipit, berusaha menatap penuh pada wajah sang pria. Tangannya lalu terulur, menyentuh dagu dengan bulu-bulu tipis itu. Terus turun dan tiba di leher, meraba dengan gerakan lembut yang membuat tubuh pria itu seketika meremang. Terlebih saat tangan Cecilia bermain-main nakal di jakunnya. Gairah pria itu seketika terpantik.
“Wanna play, hm?” tanya pria itu dengan suara seraknya yang lebih dalam.
Seharusnya Cecilia takut dengan nada penuh peringatan itu. Namun, dia justru berjinjit dan mencium singkat bibir sang pria tampan. “Aku tidak cukup buruk, kan? Pria itu saja yang terlalu berengsek karena lebih memilih wanita lain daripada diriku.”
Pria tampan itu memberi tatapan rumit yang tajam pada Cecilia. Sementara Cecilia yang sudah hilang kesadaran pun justru terus meracau, membongkar isi kepalanya sendiri. Menyatakan dengan jujur bahwa dia sedang patah hati.
Dalam suasana yang kian intim itu, sang pria akhirnya menyimpan gelas di meja, lalu berkata dengan nada menggoda. “Ingin berdansa denganku? Kau tampaknya sedang sangat patah hati,” tawarnya dengan suara berat yang membuat Cecilia menggigit bibir seksi.
“Sure,” jawab Cecilia cepat.
Di tengah kesadarannya, dia menyadari bahwa tubuhnya ditarik dengan sedikit buru-buru oleh pria tampan itu. Kemudian, mereka bergabung ke tengah lautan manusia yang tengah berjoget bebas menikmati musik.
Cecilia mulai berjoget saat musik DJ kian menenggelamkan khayalan. Melupakan patah hatinya sejenak, terlebih sekarang ada pria tampan yang tangah bersamanya.
Cecilia tak sadar saja bahwa sejak tadi pria itu tak henti mengamati tubuhnya. Wanita cantik berusia 21 itu memiliki tubuh yang indah. Tinggi semampai dengan bagian-bagian tertentu yang menonjol dengan pas. Kedua payudaranya menggunung dengan penuh, pinggulnya membesar dan memberi lekukan seksi, bibirnya juga tebal—dan malam ini tampak dipoles lipstik merah sehingga terkesan lebih menggoda.
“Hati-hati.” Suara pria tampan itu meledak di dekat telinganya. Menyapa dengan berani hingga ke dalam hatinya.
Cecilia terlalu asyik berjoget sampai tak memperhatikan kedua kakinya. Dia siap oleng andai saja tak ada satu tangan kekar pria itu yang menahan, memeluk erat pinggangnya. Membuat tubuh mereka saling merapat dengan posisi intim.
Di sisa kesadarannya, Cecilia bisa merasakan embusan napas panas pria tampan itu menerpa kulit jidatnya. Dia mendongak, berusaha kembali membuka mata. Pemandangan wajah di depannya tampak buram tetapi sedikit lebih jelas. Dia bisa melihat sepasang mata yang menatap tajam dan dalam ke arahnya, menenggelamkan. Hidung mancung, bibir tebal begitu menggoda.
Cecilia tak bisa menahan diri sehingga langsung berjinjit, menumpukan kedua tangan ke pundak pria itu, dan mencium bibir tebal yang menganggur. Namun, hanya ciuman singkat. Dia segera menarik diri begitu pria itu siap membalas.
Cecilia lalu memamerkan senyuman. Namun, kemudian tengkuknya didorong oleh satu tangan, dan bibirnya kembali menempel pada bibir tebal pria itu. Lebih rapat dan dalam.
“Mmmh ....” Cecilia bergumam rendah saat merasakan pria itu mulai melumat bibirnya dengan rakus.
Pria tampan itu memberi sebuah gigitan pada bibirnya, membuatnya membuka mulut. Kemudian, lidahnya menerobos masuk, mengajak lidah Cecilia berdansa. Serangan yang ganas itu membuat hasrat Cecilia bangkit dengan cepat.
“Ngggh ....” Cecilia mulai mendesah nikmat saat merasakan sebuah tangan meremas pinggulnya bergantian. Remasan-remasan lembut yang memantik api gairah.
Ciuman terlepas. Keduanya terengah, mengambil napas dengan rakus.
“Kau lumayan juga,” sanjung pria itu dengan jempol mengusap lembut bibir Cecilia. Jidat mereka nyaris menyatu karena dia sengaja tak menarik diri.
Dengan berani, Cecilia justru melumpat jempol itu. Mengulum dengan gerakan menggoda. Sepasang matanya menatap sayu. Namun, pria itu bisa menangkap dengan jelas, bahwa ketika dia membuka mata, ada kabut gairah yang memenuhi pandangannya.
“Kita seharusnya berhenti,” kata pria itu main-main. Siap melepaskan tubuh Cecilia dari pelukan. Namun, geraman rendahnya tak bisa menutupi bahwa dia mulai terpengaruh pada permainan wanita itu. Terlebih saat melihat wanita itu terengah-engah dengan bibir ranumnya yang bengkak dan basah setelah ciuman panas mereka.
Cecilia segera kembali merapatkan diri, menempelkan kedua payudaranya yang tersembunyi di balik mermaid dress berkain tipis berwarna merah marun. Memberi sedikit gerakan menggoda tepat di dada pria itu. “Tidak. Jangan,” larangnya setengah meracau.
“Kenapa? Kita tidak saling mengenal, kan?” balas sang pria tampan.
“Cecilia. Cecilia Moreau, itu namaku.” Cecilia memperkenalkan diri.
Pria tampan itu tersenyum misterius. Merasa sedikit kagum dengan keberanian wanita muda ini. “Okay, Cecilia. Then ...?” Dia bertanya sambil memberi remasan menggoda di pinggul wanita itu. Tangannya terus beranjak naik dan menelusuri pinggang ramping Cecilia.
Cecilia tampak terbakar dengan sentuhan itu. Pikirannya makin liar. Bayangan pergulatan Evan dan Bertha kembali muncul, membuat emosinya menggelegak.
“Temani aku malam ini dan buatlah aku lupa pada dunia,” pinta Cecilia dengan keyakinan yang tegas. Dia lalu berjinjit dan kembali menyatukan bibir mereka.
Namun, ciumannya tak terlalu menggugah pria itu sehingga bibirnya tetap diam tak bergerak. Cecilia tak menyerah, kali ini tangannya ikut membantu. Tangannya meraba dada pria itu, memberi remasan yang sia-sia karena tubuh itu begitu liat. Kedua tangannya lalu melingkar di leher sang pria, membelit erat.
Pria tampan itu melepaskan ciuman mereka. “Santai, Nona.” Senyumnya melebar misterius. Dia senang begitu melihat wanita di pelukannya ini frustrasi karena tak dipuaskan.
Namun, rupanya pria tampan itu tak membuang waktu lagi. Segera dia membawa Cecilia ke lorong kelab malam yang sepi, lalu dia menarik tengkuk dan menyatukan bibirnya dengan wanita itu. Kali ini, ciuman lebih terburu-buru. Saling melahap dengan rakus. Tubuh mereka saling merapat sehingga dia bisa merasakan empuknya kedua payudara sintal wanita itu di dada bidangnya.
Tangan pria tampan itu dengan intens meraba tubuh indah Cecilia. Memberi remasan sedikit kencang pada kedua payudara wanita itu, lalu turun meremas pinggul bergantian. Menyalurkan sensasi panas yang seketika makin membakar tubuh Cecilia.
“Ah ...,” desah Cecilia di sela ciuman intens mereka. Suaranya yang serak dan penuh hasrat membuat pria itu menggeram rendah.
Pria tampan itu kembali melahap bibir Cecilia dengan rakus. Mendorongnya ke dinding. Sedikit terburu-buru dan ganas. Membuat Cecilia nyaris tak bisa mengimbangi. Tampak wanita itu akhirnya memilih pasrah, menyerahkan diri sepenuhnya pada pria itu untuk diberikan kenikmatan demi kenikmatan.
Tangan pria tampan itu kini mukai meraba paha Cecilia, menelusup masuk ke balik gaun. Kulitnya yang dingin terasa kontras di tubuh Cecilia yang sudah memanas. Wanita itu menggigit bibir saat ciuman sang pria beralih ke lehernya, memberi gigitan demi gigitan menggoda yang makin meliarkan fantasinya.
“Aku ... ah ... akan meledak di sini,” racau Cecilia.
Pria tampan itu menurukan tali yang menahan dress Cecilia, membuatnya terlepas turun hingga membuka sedikit payudara. Mempertontonkan penuh pundak kiri wanita itu yang tampak putih mulus mengundang gairah. Membuatnya tak sabar untuk segera meninggalkan banyak jejak merah di sana.
Cecilia menggigit bibir dan menahan desahan begitu merasakan pria itu memberi sebuah gigitan di payudara kirinya. Gairah langsung membakar habis akal sehatnya. Membuat sesuatu di bawah sana mulai berdenyut panas. Tubuhnya nyaris luruh seandainya tak berpegangan pada tangan kekar pria itu.
Ya. Tangan itu kekar dan berotot. Membuat Cecilia seketika membayangkan bagaimana tangan itu kian liar mengeksplor tubuhnya dengan menggairahkan.
“Too fast.” Pria itu menggigit pelan payudara kanan Cecilia, dengan tangan yang terus aktif meraba di bawah sana. Senyumnya melebar begitu jarinya merasakan sesuatu yang basah.“I will make you explode many times tonight.”
Cecilia mendesah erotis begitu mendapat usapan sensual di inti tubuhnya.
Orang bilang bahwa kalau waktu terasa berjalan cepat artinya hidup dilingkupi rasa bahagia. Sebab, jika penderitaan, pasti waktu terasa berjalan begitu lama. Seperti Cecilia yang tak menyangka kalau pernikahan dengan Charles sudah di depan mata.Ya, seluruh persiapan pernikahan Cecilia dan Charles dilakukan dengan cepat. Martin ditunjuk langsung sebagai penanggung jawab utama sehingga pria itu sibuk tiga kali lipat. Untunglah urusan kantor Langston Group masih dipegang oleh Evan, sembari perlahan-lahan mengurus kepindahan kedudukan pada Charles.Mendekati hari H, Charles juga membawa dokter kandungan terbaik untuk memeriksa kondisi Cecilia baik-baik. Intinya, di atas segalanya, kesehatan Cecilia dan calon bayi mereka lebih utama. Sebab, acara resepsi pernikahan itu harus berlangsung sempurna dan tidak sampai membebani Cecilia. Oleh karenanya, pesta pernikahan pun tidak terlalu padat.Pagi itu, sinar matahari di London menyinari bumi dengan keindahan. Cecilia memandangi dirinya di cerm
Sejak di mana dokter mengatakan Cecilia mengandung tiga bayi kembar, tidak perlu ditanya lagi betapa Charles begitu posesif. Segala makanan yang dimakan Cecilia harus benar-benar dipastikan. Charles sampai mempekerjakan chef baru yang wajib berkonsultasi dengan dokter gizi dan dokter kandungan yang mengani Cecilia.Charles selalu memastikan bahwa Cecilia memakan makanan yang terbaik. Pria tampan itu tak peduli harus mengeluarkan banyak uang demi sang kekasih mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Dia selalu rela melakukan apa pun asal Cecilia aman.Seperti pagi ini, Cecilia dilarang Charles untuk membuatkan sarapan. Pria tampan itu meminta chef baru membuatkan sarapan lezat. Alhasil, Cecilia tampak begitu lahap menikmati sarapan. Aneka jenis makanan banyak di atas meja. Chef yang dibayar Charles memang bukan chef sembarangan. Tentu sudah sangat profesional.“Cecilia, bersiaplah. Aku ingin mengajakmu ke luar,” ucap Charles lembut pada Cecilia yang baru saja selesai sarapan. Dia tampak te
Cecilia memandangi selembar foto USG yang merupakan calon bayi di dalam perutnya. Terlihat ada tiga janin yang masih kecil di dalam foto hitam putih tersebut. Tampak jelas aura wajahnya memancarkan perasaan yang campur aduk.Ya, tiga. Tiga janin. Artinya, triplet. Ini sudah tak masuk akal. Siapa sangka Cecilia mengandung tiga janin sekaligus. Semua rasanya mustahil, tetapi ini kenyataan. Dia tak sadar kalau selama ini ada tiga nyawa di perutnya. Sungguh, seperti keajaiban yang tak bisa digambarkan.Tak memungkiri, hati Cecilia penuh sesak oleh ledakan kebahagiaan yang terus meluap-luap. Pandangannya lalu turun ke perutnya, dia membelai lembut perutnya itu. Lantas, mata abu-abunya kembali teralih pada hal lain, pada seraut wajah tampan yang tampak tengah fokus memandang jalan raya di depan sana. Namun, segera pria itu menyadari tatapannya.“Kau merasa tidak nyaman?” tanya Charles lembut. Kembali dia membawa punggung tangan sang kekasih yang sejak tadi digenggamnya, dikecupnya penuh per
“Charles? Kau dari mana?” Kalimat pertama yang ditanyakan Cecilia di kala Charles masuk ke kamar. Wanita cantik itu menguap dan mengerjap beberapa kali.“Aku dari ruang kerjaku. Kau sudah bangun? Aku pikir kau masih tidur.” Charles mendekat, dan membelai lembut pipi Cecilia.“Maaf, aku bangun terlambat,” jawab Cecilia sembari membenamkan wajahnya ke dada bidang Charles.Charles mengecup puncak kepala Cecilia. “Jangan minta maaf. Aku malah senang kau banyak istirahat. Kau, kan, sedang hamil. Ah, ya, tadi Evan datang.”Cecilia agak terkejut. Dia mendongak menatap Charles dengan tatapan bingung. “Evan datang ke sini?” tanyanya memastikan.Charles mengangguk, menanggapi pertanyaan Cecilia.“Di mana Evan sekarang?” tanya Cecilia lagi.“Dia sudah pulang,” jawab Charles tenang.Cecilia terdiam sebentar, terlihat memikirkan sesuatu. “Ada apa Evan ke sini, Charles?” tanyanya penasaran.Charles menyelipkan rambut Cecilia ke belakang daun telinga wanita itu. “Evan ke sini karena dia memintaku me
Cecilia menatap cincin berlian berkilau yang menghiasi jari manisnya. Wanita cantik itu kini berdiri di balkon kamar, ditemani keindahan malam yang membentang. Tampak senyuman di wajahnya terlukis, melihat cincin indah itu tersemat di jarinya.“Kau di sini rupanya.” Charles muncul, memberikan pelukan dari belakang ke tubuh langsing Cecilia.Cecilia tersenyum mendapatkan pelukan dari Charles. Wanita cantik itu sangat hafal aroma parfum maskulin sang kekasih. “Aku sedang menikmati udara malam,” jawabnya lembut.Charles menciumi rambut panjang Cecilia. “Aku melihatmu tersenyum sambil melihat cincin dariku. Apa kau suka cincin dariku?”Cecilia membalikkan badannya, menatap hangat Charles. “Semua hal darimu aku sukai. Tapi, tadi aku tersenyum karena aku lega. Setelah persidangan tadi pagi, aku merasa bahwa Tuhan benar-benar ada. Buktinya, Tuhan mengizinkanku untuk tetap merasakan kebahagiaan.”Charles membelai pipi Cecilia lembut. “Kau tadi hebat. Kau tidak terpancing amarah meski Bertha m
Kepulan asap rokok memenuhi ruang kerja milik Evan Langston. Pria tampan itu berdiri menatap jendela, melihat suasana malam yang sunyi. Dia termenung memilikirkan banyak hal yang telah berhasil mengganggu pikirannya.“Kau di sini?” Suara berat Edgar masuk ke ruang kerja Evan. Pria paruh baya itu agak terbatuk di kala mencium aroma rokok bercampur dengan alkohol yang begitu kuat di sana.Evan mengalihkan pandangannya, menatap Edgar yang muncul. “Kau sudah lama tidak merokok, Dad. Mencium bau rokok pasti akan membuatmu tidak nyaman.”Edgar mengangguk. “Sedikit. Aku berhenti merokok karena ibumu sangat cerewet. Dia selalu bilang masih belum siap kalau sampai aku mati.”Evan tersenyum tipis menanggapi ucapan Edgar. “Mom sangat mencintaimu. Dia selalu mencemaskan kesehatanmu.”“Well, aku percaya diri akan panjang umur. Paling tidak, aku ingin melihat putra tunggalku menikah dan memiliki anak. Jadi, kau tidak usah khawatir,” jawab Edgar dengan senyuman di wajahnya.Seketika apa yang dikatak






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments