All Chapters of Pria Tampan Alat Balas Dendamku: Chapter 11 - Chapter 20

 Pintu pun terbuka, nampak sosok seorang wanita cantik dengan beberapa kerutan di dahi. Valerie menduga bahwa wanita itu adalah ibu kandung Julian, sang suami.  “Halo, Ma,” sapa Brandon kemudian memeluk singkat wanita yang dia panggil “Mama” itu. “Halo, Sayang!” balas wanita itu. “Oh, ini istriku, Adeline.” Brandon memperkenalkan Adeline pada ibunya. Sesaat, Madelyn —Ibu kandung Brandon— hanya terdiam sembari terus melayangkan tatapan datar pada Adeline. Membuat Adeline yang sudah mengulurkan tangan dengan tetap memasang senyum menjadi kebingungan. “Ah! Mama ingat! Dia adalah gadis—” Madelyn menghentikan sejenak ucapannya kemudian melanjutkan, “Maksud mama … dia adalah wanita yang sering kau ceritakan pada mama?” Madelyn menekankan perkataannya pada julukan “Wa

 Lampu dansa yang berkerlap-kerlip serta musik keras yang sangat memekakkan telinga, tak sedikit pun mengganggu bagi setiap pengunjuang yang memang sudah terbiasa dengan kondisi kehidupan malam yang sangat berwarna. Termasuk bagi seorang pria yang memang sedang mencari pelampiasan di tempat bejat yang sangat digemari orang-orang berbagai macam kalangan. Leo mengangkat sebuah gelas berisi minuman beralkohol jenis tequila. Menggoyangkannya supaya tercampur dengan potongan es batu yang begitu menyegarkan. Kemudian menenggak minuman itu sampai habis tak bersisa.  Tequila yang mengalir melewati tenggorokannya, membuat lakun yang berada di sana bergerak naik dan turun. Menimbulkan kesan yang semakin maskulin di mata para wanita yang berada di sana. Terlebih seorang wanita yang sejak tadi duduk di sebelahnya dan menemani Leo menghabiskan malam. “Apa Anda mau lagi, Tuan?” tanya wanita itu seraya men

Adeline menangis sampai sesenggukan. Dia merasa sangat putus asa atas semua yang sudah terjadi. Rasanya seperti ingin mati dan bergabung dengan sang ayah yang sudah tenang di alam sana.‘Ya Tuhan! Kenapa harus seperti ini?’ Adeline menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia melihat ruangan yang dulu dipakai sang ayah. Memerhatikan semua pigura yang hampir seluruhnya adalah gambar dirinya dan sang ibu yang sudah tidak ada.Adeline mengambil sebuah gambar yang menampilkan sosok sang ibu yang berdiri di sampaing ayahnya. Dia kembali menangis ketika mengingat dirinya yang hanya hidup bersama dengan figure seorang ayah saja. Tanpa ibu yang mendampingi. Seharusnya Adeline bisa menjaga amanah yang ditinggalkan sang ayah. Tapi saat ini dia telah gagal bahkan sebelum dia memulai. Adeline telah gagal menjadi seorang anak yang baik dan berbakti. Dia telah gagal untuk mempertahankan apa yang sudah susah payah dibangun ayahnya.“Pa, Ma, kalian pasti kecewa karena aku tidak bisa menja

 “Aku … benci ... padamu!” ucap Adeline dengan nada penuh penekanan.Leo tersenyum licik seakan tidak peduli dengan perasaan benci Adeline. Pria itu malah semakin mendekatkan wajah mereka sehingga membuat bibir keduanya hampir bersentuhan.“Aku tidak peduli dengan perasaan bencimu. Aku hanya tidak mau uang yang sudah kuberikan, menjadi sia-sia karena pemikiran bodohmu!”Leo melepaskan cengkraman tangannya di tangan Adeline. Memundurkan kepala dan melihat wajah wanita itu yang memerah.Di sisi lain, Adeline merasa sangat kesal dengan sang suami. Namun, dia sadar bahwa perkataan pria itu benar. Pria itu sudah menghabiskan begitu banyak uang untuk membantu KRW Grup kembali bangkit. Dan uang sebanyak itu juga tidak boleh disia-siakan begitu saja.Setelah perdebatan kecil yang terjadi malam itu, Adeline akhirnya mau mengisi perut dan beristirahat setelahnya. Namun, sekeras apapun dia mencoba terlelap, Adeline

 Adeline bisa merasakan darahnya naik sampai merasa kepanasan di ujung kepala. Kedua tangannya terkepal erat seperti ingin memukul sesuatu. Dia ingin melampiaskan kekesalan dalam hati. Dia ingin membuat hatinya tenang dan nyaman.Dengan langkah lebar, Adeline berjalan menuju pasangan itu. Entah apa yang merasukinya sampai berani untuk mendekati orang-orang yang telah berbuat jahat padanya.“Oh? Ternyata kamu ada di sini?” Brandon melihat Adeline dari atas ke bawah. Kedua matanya tertuju pada pergelangan tangan Adeline yang terbalut kasa. “Ya Tuhan! Kamu sampai ingin bunuh diri karena bercerai dariku!” serunya dengan nada mengejek.Adeline menyipitkan kedua matanya. Dia sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan Julian padanya. Sudah berselingkuh, membuat perusahaannya hampir runtuh, dan sekarang dengan kepercayaan diri yang tinggi, berbicara seperti itu padanya. Apakah masih pantas disebut manusia?“Kamu &hel