All Chapters of Pria Tampan Alat Balas Dendamku: Chapter 21 - Chapter 30

 “Salah jika aku masih ingin di sini menemani istriku?” Leo bertanya balik.“Apa kamu tidak tahu apa itu kalimat tanya? Tidak pernah belajar bahasa yang baik dan benar?” tanya Adeline dengan nada ketus.“Pernah,” jawab Leo singkat.“Lalu kenapa setiap kali aku bertanya, kamu tidak pernah menjawab dengan benar? Kamu malah berbalik melontarkan sebuah pertanyaan!” serunya dengan kesal.Leo merasa ekspresi marah Adeline sangat lucu. Hal itu membuatnya semakin ingin terus membuat sang istri kesal.“Apa kamu sudah merasa baikan?” tanya Leo seakan tidak peduli dengan kemarahan Adeline.Adeline menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia kembali berbaring dan menarik selimut sampai menutupi kepala. “Pergilah! Aku tidak ingin berbicara denganmu. Aku tidak ingin berbicara pada orang yang selalu membuatku kesal karena tidak menjawab pertanyaanku dengan benar,” ujar Adeline dari balik selimut.Adeline memejam

 Adeline membalikkan tubuhnya dan melihat Leo yang malah berekspresi santai. Seakan pemandangan di depan mereka bukanlah suatu masalah untuknya.Adeline menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia harus sering-sering melakukan hal ini untuk bisa mengendalikan emosinya ketika berhadapan dengan Leo.“Tolong, tinggalkan kami berdua,” ucap Adeline pada Isabella dengan pandangan yang masih menatap Leo tajam.Isabella tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuh. Kemudian wanita itu pergi meninggalkan pasangan suami istri itu.Adeline mengembuskan napas kasar. Dia tidak tahu harus bertindak seperti apa lagi jika berurusan dengan Leo. Adeline berjalan mendekati pria itu dan duduk di sofa single yang berada di sana. Memijit pelipis untuk mengurangi rasa pusing yang mulai mendera. “Kamu … apa kamu memang suka sekali seperti ini?” tanya Adeline dengan posisi tangan yang masih berada di p

 Adeline menyeruput pelan segelas coklat panas yang Leo berikan padanya. Awalnya dia bingung kenapa pria itu bisa berada di tempat ini. Kemudian dia teringat bahwa pria itu juga yang melarangnya untuk menyetir sendirian. Kemungkinan Leo mengetahui keberadaannya dari supir itu.Tiba-tiba Adeline merasa hidupnya semakin lucu. Menikahi pria aneh yang seperti selalu mengawasinya. Padahal mereka menikah tanpa perasaan, tapi kelakuan Leo terlalu berlebihan untuk Adeline.“Terima kasih untuk coklat panasnya,” ucap Adeline. Wajah Leo berubah murung mendengar perkataannya. Tapi, Adeline merasa bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang harus dipusingkan. Mungkin Leo sedang ada urusan yang membuat wajahnya tiba-tiba muram, begitu pikirnya.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Adeline.“Karena kamu ada di sini.”Adeline tersenyum mendengar jawaban Leo. Hal itu malah membuat Leo merasa bingung.“K

  Adeline ternganga mendengarnya. Mungkin jika pria itu berbicara dengan Adeline yang dulu, maka dia akan mengiyakan tanpa ragu. Namun, Adeline yang sekarang tidak seperti Itu. Adeline yang sekarang sangat tahu hidup susah dan kesulitan tidak memiliki uang."Kamu gila, ya? Mana mungkin aku membeli semua pakian ini?""Hem? Kenapa tidak mungkin? Kamu 'kan suka semuanya. Beli saja." Leo benar-benar sangat santai dalam mengucapkan kalimat itu. Seakan pria itu sedang membeli dua toples parmen karet.Adeline tidak ingin berlama-lama bersama dengan Leo di butik ini. Bisa-bisa pria itu semakin "menggila" karena menyuruhnya untuk membeli semua pakaian yang dia sukai.Beberapa menit kemudian, pilihan Adeline jatuh pada sebuah atasan basic berwarna hitam dan berlengan panjang serta rok bermotif yang membuat penampilannya terlihat lebih simple.Adeline memang mengerti sedikit tentang fashion karena dulu dia adalah seorang wanita yang sama sep

"Halo, cucuku," sapa sang kakek dengan senyum khas orang tua yang teduh.Awalnya Adeline mengira kakek Leo adalah orang yang kuno dan mengedepankan latar belakang yang suci tanpa cela. Namun, kesan pertama yang diterima olehnya adalah ramah dan hangat. Bisa dipastikan bahwa apa yang dia pikirkan selama ini sangatlah salah."Halo, Tuan Kane. Aku Adeline, senang bisa bertemu dengan Anda," ucap Adeline dengan ramah."Tidak, tidak! Jangan berbicara formal padaku. Kamu adalah istri Leo, itu berarti kau juga cucuku," ucap Kakek Kane dengan lembut."Ah, baik, Kakek." Adeline tersenyum mendengarnya."Aku sangat senang bertemu denganmu. Sudah berulang kali aku meminta Leo untuk datang ke rumah besar dengan membawamu. Tapi bocah ini malah menolak terus seakan tidak ingin kita saling berkenalan." Kakek memandang sinis cucu laki-laki semata wayang miliknya.Mendengar hal itu, semakin membuat Adeline merasa nyaman. Sekarang, dia benar-benar bisa menepis segala pikiran buruk mengenai kakek Leo pada