Adeline membalikkan tubuhnya dan melihat Leo yang malah berekspresi santai. Seakan pemandangan di depan mereka bukanlah suatu masalah untuknya.
Adeline menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia harus sering-sering melakukan hal ini untuk bisa mengendalikan emosinya ketika berhadapan dengan Leo.
“Tolong, tinggalkan kami berdua,” ucap Adeline pada Isabella dengan pandangan yang masih menatap Leo tajam.
Isabella tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuh. Kemudian wanita itu pergi meninggalkan pasangan suami istri itu.
Adeline mengembuskan napas kasar. Dia tidak tahu harus bertindak seperti apa lagi jika berurusan dengan Leo.
Adeline berjalan mendekati pria itu dan duduk di sofa single yang berada di sana. Memijit pelipis untuk mengurangi rasa pusing yang mulai mendera.
“Kamu … apa kamu memang suka sekali seperti ini?” tanya Adeline dengan posisi tangan yang masih berada di p
BAB 104 SUDAH CINTA"Alex!" Camila memandang Adeline dengan senyum. Dia memegang kedua tangan sang menantu kemudian berkata, "Ayo, kita makan.""Siapa yang mengizinkan kamu untuk makan?" Kali ini Alexander berbicara pada Camila, sang istri.Camila menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia memejamkan kedua mata sebelum akhirnya berbalik dan menatap sang suami dengan penuh kekesalan."Saya akan makan dengan atau tanpa persetujuan darimu!" seru Camila setelah itu beralih pada Adeline dan pergi meninggalkan suaminya.Adeline melihat sang ibu mertua yang berjalan menuju ruang makan seraya menggenggam tangannya. Seketika dia merasakan hatinya menghangat karena diperlakukan sampai seperti ini.Namun, dia juga merasa sedih karena melihat orang tua suaminya harus bertengkar karena dirinya."Ibu," panggil Adeline."Iya, Sayang," Camila menjawab panggilan sang anak namun dia tetap berjalan menuju ruang makan."Apa Ibu tidak apa-apa?" tanya Adeline khawatir.Camila menghentikan lan
Leo sangat panik saat ini. Dia takut Jika Adeline pergi meninggalkannya karena mendengar kalimat yang diucapkan sang ayah.Leo menuruni anak tangga dengan terus mencoba untuk memanggil ponsel sang istri."Adeline, kamu di mana?" tanyanya bermonolog.Leo sudah menelpon sang istri berkali-kali namun panggilan itu selalu tak tersambung. Operator telepon selalu menyebut bahwa nomor ponsel Adeline sedang berada di luar jangkauan."Adeline, kumohon ...!" Leo benar-benar berharap bahwa dia bisa bertemu dengan sang istri.Ketika dia sampai di ruang tamu, langkahnya terhenti karena sang ibu memanggil"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Leo. Ekspresi wajahnya yang panik membuat sang ibu terheran."Kamu ingin kemana?" tanya Camila."Mencari Adeline, Ma." Leo mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celananya. Sedangkan pandangannya masih tertuju pada layar ponsel."Mencari Adeline kemana? Kenapa kamu sampai mengeluarkan kunci mobil?" tanya Camila semakin heran dengan sikap sang anak."Karena Adeline tidak
Adeline yang lebih dulu menyadari bahwa ayah mertuanya sudah pulang. Namun, dĩa sungkan ingin menyapa karena melihat tatapan pria paruh baya itu yang tidak biasa.Leo menyadari perubahan sikap Adeline. Dia mengikuti arah pandang sang istri dan menyadari bahwa sang ayah sudah kembali."Ayah sudah pulang," ucap Leo.Ketika itu, barulah Alexander bersikap biasa. Dia lalu berjalan menghampiri mereka."Apakah ada masalah di kantor?" tanya Camila pada sang suami seraya menuangkan teh herbal untuk suaminya itu"Tidak ada," jawabnya. Kemudian dia melihat Adeline yang duduk di samping ayahnya. "Kapan kamu bisa kembali?" tanyanya tiba-tibaAdeline yang sedang dalam posisi seperti itu menjadi bingung. Dia berpikir bahwa Alexander sedang berbicara dengannya"Kembali kemana?" tanya Adeline bingungAlexander hanya diam saja. Kemudian dia beralih pada Leo yang duduk di sebelah Adeline."Kapan kamu bisa kembali memimpin Kane Global?" tanya Alexander. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang kesalCam
Ahh ... ternyata seperti itu. Sang istri sedang bersedih karena dirinya yang terkesan menghindar.Sebenarnya bukan menghindari, Leo hanya takut jika dirinya tidak bisa menahan diri yang akan berujung dengan Adeline yang semakin terluka.Namun, ternyata membuat dia secara tidak sadar melakukan kesalahan dan berujung dengan istrinya yang bersedih."Bukan seperti itu. Semuanya tidak seperti yang kamu bayangkan," ucap Leo.Dia bingung bagaimana menjelaskannya.Jika jujur, apa yang akan dipikirkan oleh istrinya ini tentang dirinya?"Lalu apa? Kamu memang menghindariku sejak pagi tadi." Adeline menundukkan kepala bertepatan dengan itu air matanya jatuh mengenai telapak tangannya. Hal itu pun tak luput dari penglihatan Leo. pria itu semakin merasa bersalah sekarang."Jangan menangis!" Leo segera duduk mendekat dan menghapus air mata Adeline."Jangan menangis! Maafkan aku," ucapnya tidak tega.Adeline menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Dia mengangkat wajah dan menatap mata
Adeline tentu saja terkejut dengan kejadian itu. Namun, hatinya merasa hangat di saat yang bersamaan. Adeline tersenyum sambil menggigit bibir bawah. Kemudian dia berbaring di samping Leo dengan kedua tangan yang memeluk tubuh pria itu dengan erat.Namun, hal yang dia lakukan malah semakin membuat Leo mempererat pelukan mereka. Bahkan pria itu berulang kali melayangkan kecupan di bibir serta dahi Adeline. Membuat wanita itu tersipu dan menenggelamkan wajah di dada sang suami.Setelah beberapa saat, barulah mereka kembali tertidur dengan damai.Adeline memegang wajah dengan kedua tangan. Mengingat hal itu saja sudah membuat wajahnya terasa panas. Dia yakin saat ini wajahnya pasti memerah. Adeline mengatur nafasnya supaya dia tidur tertawa saking senang dengan perlakuan Leo saat itu.Bertepatan dengan itu, tiba-tiba Leo keluar dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Menampilkan dada bidangnya dan perut bermotif kotak-kotak kesukaan p
Leo mendudukkan Adeline di tepi ranjang. Dia lalu menidurkan istrinya itu dan menarik selimut sampai batas dada."Kamu tidak tidur?" tanya Adeline ketika melihat Leo tidak berbaring di sampingnya."Ada pekerjaan yang harus dikerjakan," ucap Leo sambil mengusap lembut puncak kepala sang istri."Oh? Ya, sudah. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu," ucap Adeline merasa tidak enak Jika karena dia. Leo sampai mengabaikan tanggung jawabnya."Tidak apa-apa. Aku akan bersamamu sebentar sampai kamu tertidur." Leo tidak benar-benar memiliki pekerjaan. Dia sengaja hanya duduk di tepi ranjang karena khawatir dirinya akan lepas kendali."Aku benar-benar tidak apa-apa, Leo. Kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu," timpal Adeline. Dia benar-benar akan merasa tidak enak."Sudah, kamu tidak usah khawatir. Sekarang kamu pejamkan saja kedua matamu. Nanti setelah kamu tertidur, aku akan bekerja," ujar Leo.Adeline tak lagi berdebat dengan Leo. Dia berpikir jika terus berdebat hanya akan memperlambat dirinya terlelap