All Chapters of TETANGGA WITH BENEFIT: Chapter 51 - Chapter 60

 ୨ৎ M A Y A જ⁀➴"Aku benaran enggak tahu harus ngapain," kataku sambil duduk di meja bareng Danny sama Aldani."Untungnya kalian berdua punya aku," sahut Danny, berdiri ambil lima botol bir, terus menaruhnya di meja.Aku ambil satu Kebab buatan Aldani buat makan siang. Rasanya enak banget. Katanya sih itu menu andalan dia, dan Danny juga setuju."Kamu harus pilih buku yang bisa nyambung sama rasa atau nama bir ini," kata Danny sambil mendorong botol-botol itu ke arahku.Aku taruh Kebab, terus ambil botol-botolnya, memperhatikan labelnya satu-satu. "Razzle Dazzle, Naked Digger, Limp Donkey, No Stout For You, sama Melting Heart.""Razzle Dazzle itu varian baru buat musim hujan, Melting Heart favorit lama kita." Danny menunjuk setiap botol. "Jadi aku pikir kamu bisa pakai Razzle Dazzle buat bacaan di suasana hujan, Melting Heart buat buku romance. Sisanya, kamu bisa cobain sendiri terus cocokin. Aku, kan enggak terlalu suka baca." D

୨ৎ A L D A N I જ⁀➴Begitu Juniorku keluar dari Maya, aku langsung diam. Jarinya masih menyangkut di rambutku.“Aku mau bersih-bersih,” kataku sambil turun dari ranjang, terus tutup pintu kamar mandi.Abis bersihkan juniorku, dan aku mengaca.Kenapa, sih aku enggak hajar dia di meja dapur saja?Atau pakai gaya doggy di sofa?Atau reverse cowgirl?Kenapa malah pakai gaya itu, tatap-tatapan terus kayak orang jatuh cinta. Mana kulit dia lembut banget.Aku tutup mata, membayangkan lagi bagaimana enaknya dia ada di bawahku.Jangan panik.Tetap tenang.Ini enggak ada artinya.Lalu kenapa?Kamu peduli sama dia?Wajar kan, kalau seks jadi bikin baper, itu sah-sah saja.Aku keluar kamar mandi cuma pakai handuk, duduk di ujung ranjang terus kasih handuk itu ke dia. Dia taruh di antara pahanya, terus menghilang ke kamar mandi.Sambil pakai celana, aku l

Karin gigit bibir terus mengangguk. "Lakuin aja!"Aku buka kunci pintu toko, dan Mama langsung tepuk tangan. Dia sibuk banget mengatur ulang rak anak-anak, katanya buku-buku favorit aku waktu kecil harus ditaruh paling depan. Aku memperhatikan orang-orang Pecang masuk ke dalam tokoku buat pertama kalinya."Jadi sekarang kalian bisa nyobain bir di Brine & Barrel, tapi kita juga jual paket bir sama bukunya di sini." Aku mengumumkan kepada mereka, walau kayaknya semua orang lebih sibuk keliling lihat-lihat toko daripada mendengarkanku.Karin menyikutku. "Santai aja, semua berjalan mulus kok. Tuh, ada nenek-nenek di rak romance pura-pura nyasar."Aku enggak heran, mereka aku kenal dari Panti Jompo Center.Beberapa orang menanyakan buku tertentu, senang banget katanya aku buka toko di jalan ini. Ada juga yang tanya soal pesananan khusus. Malah ada ibu-ibu yang menawarkan bikin klub buku sebulan sekali karena dia suka diskusi buku, tapi enggak

୨ৎ A L D A N I જ⁀➴Tiga hari setelah pembukaan The Libraria, setelah Maya memutuskan buat ribut sama aku di tengah malam acara Duet Night itu, sekarang aku berdiri di makam Mamaku.Althaf bawa semua bunga, setiap batangnya berbeda jenis, biar jadi buket yang Mama pasti suka. Mama selalu bilang kalau dia enggak pernah punya bunga favorit, semuanya cantik, sama seperti anak-anaknya.Tapi mungkin cuma aku yang masih ingat Mama bilang begitu. Kadang aku berpikir, jadi anak paling tua dengan ingatan paling jelas tentang Mama, itu kutukan banget."Kita mulai dari yang paling tua, kayak biasa," kata Althaf sambil kasih kode ke aku.Aku keluarkan napas berat, sebenarnya lagi enggak mood. "Aku skip dulu kali ini.""Aldani, kamu kan selalu duluan," katanya, ngotot.Aku geleng-geleng kepala. Aku malas banget harus jadi orang pertama yang kasih motivasi ke adik-adikku. Kita sudah hidup tanpa Mama jauh lebih lama ketimbang hidup bar

Garasi penuh mobil, semua saudara kandung sama saudara tiri sudah pada berkumpul.Begitu aku masuk, suara tawa dari dapur pun langsung menghampiri. Suara yang sudah jadi kebiasaan di rumah ini, suara yang enggak bakal pernah ada kalau Hapsari enggak jadi bagian dari hidup kita.Dulu kita bahagia, iya, tapi dia bawa sesuatu yang berbeda. Sama seperti tiap saudara tiri aku. Kalau Papa enggak ambil risiko, hidup aku sekarang bakal sepi banget. Hapsari bahkan bantu Althaf mengurangi rasa bersalahnya. Aku enggak bakal bisa balas semua itu ke dia.Ruangan langsung sunyi saat Aku muncul. Saudara-saudara tiriku langsung maju buat peluk.Danny tepuk punggungku. "Akhirnya balik waras juga?"Aku cuek. "Sejak kapan kamu malah bela Maya?"Dia angkat bahu. "Aku suka aja sama dia. Lagian, Brine & Barrel dapat duit lebih banyak pas Duet Night. Aku berhak sombong, lah."Hapsari langsung peluk aku erat, tangannya naik turun di punggungku.