All Chapters of TETANGGA WITH BENEFIT: Chapter 41 - Chapter 50

Althaf masuk rumah sambil tutup mata. "Almorris, ih jijik. Pakai celana, napa!"”Orang kita mau mandi bareng, kok." Dia masih asik main Xbox sama Danny, bahkan enggak menengok ke arah Althaf."Kayak bayi, tahu enggak?” kata Althaf.Danny tertawa. "Aku enggak masalah lihat cabe rawitmu, Almorris.""Aku baru kelar shift, Althaf. Jadi mending kamu aja yang pakai penutup mata kalau emang enggak suka."Aku ambil sepotong pizza, rebahan di kursi, menikmati momen, enggak ada yang melirikku. Lagipula, dari kursi ini aku dapat view jelas ke trotoar, jadi aku tahu kapan Maya pulang.Saat mulai gelap, aku mulai khawatir, jangan-jangan dia enggak tahu jalan."Jadi, ulang tahunnya Mama," kata Althaf, duduk di sofa sebelah Almorris. Tapi dia nyempil di ujung terus menoleh ke arahku.Ada mobil berhenti di jalan, aku condongkan badan biar bisa mengintip dari jendela. Parkirnya tepat di belakang mobil Almorris, dan aku langsung

Aku ambil selimut sama sprei baru dan bersiap balik lagi ke apartemenku, tapi Aldani malah tarik pinggangku, angkat aku ke atas mesin cuci. Tangannya menelisik ke pahaku, terus dia pegang bokongku, menarikku makin dekat. "Serius kamu nawarin aku kayak gini?" tanyaku becanda. "Aku enggak nawarin," katanya, sebelum bibirnya lagi-lagi menempel ke bibirku. "Aku enggak perlu nawarin apa-apa!" Ada sesuatu yang beda di ciuman ini, dia lebih dominan. Selama ini dia belum pernah menunjukkan itu kepadaku. Aku tahu perasaannya ke Gresellda masih ada, tapi ciuman ini bukti tegas kalau dia takut banget aku pergi. Dia mundur sedikit, menempelkan keningnya ke keningku. "Aku suka sama apa yang kita lakuin." Dan itu sudah cukup buat aku. Aku emang naif setujui hubungan ini, tapi aku enggak mau bikin dia panik dengan tanda-tanda kalau aku sudah baper. Aku sudah dewasa, aku bisa handle ini. Jadi aku cuma mengangguk pelan tanpa bicara apa-apa. "Ayo ke apartemen kamu!" bisiknya, menurunkanku s

"Bukan gini caranya aku mau buka baju kamu malam ini." Aku bantu Maya duduk, mencopot bajunya sama bra-nya, sambil mengeluh dalam hati, kenapa kita enggak lagi di ranjang dengan sekotak kondom di meja samping?"Aku juga," jawabnya pelan. "Gimana kabar adikmu?"Aku cium pelipisnya, terus kasih gaun rumah sakit ke dia, buka kancing sama resleting celananya, tarik jeansnya turun."Dia bakal baik-baik aja, udah aku tendang pantatnya karena bikin kamu kaget."Aku selimuti dia, lipat bajunya, taruh di kursi kosong."Maksud aku adik kamu yang satunya.""Oh, dia juga baik-baik aja. Kakinya udah ditanganin, kok. Tapi jangan kaget kalau sebentar lagi Hapsari, ibu tiri aku, muncul ke sini."Dia tertawa, terlihat lebih segar sekarang.Terus ada cowok berseragam masuk. "Aku bakal bawa dia buat CT scan."Aku cium keningnya dan berbisik, "Aku tunggu kamu di sini."Seandainya aku bisa ikut. Jujur saja, melihat

Gresellda persis di depan Aldani, Harry tepat di depan aku. Untungnya enggak ada saudara lain malam ini yang bisa jadi saksi penderitaan dan rasa maluku yang makin menumpuk."Mama nitipin brownies buat Om. Dia dari dulu emang ngefans sama Om Sahar," celetuk Gresellda.Hapsari angkat gelas winenya ke bibir, senyumnya jelas palsu, padahal aku saja baru kenal dia."Sampai akhirnya Hapsari datang dan langsung mencuri hati Om," imbuh Gresellda.Aku lepas serbet, jatuh ke lantai."Biar aku," kata Aldani di sampingku."Enggak, aku ambil sendiri," balasku buru-buru jongkok. Aku harus pastikan kalau kakinya Gresellda enggak lagi selonjor ke paha Aldani.Ternyata enggak, jadi aku ambil serbet, taruh lagi di pangkuan, terus mulai potong ayam buatan Hapsari. Aku harus akui, masakan dia enak banget. Saus saladnya gila banget enaknya, dan pas aku memujinya, Gresellda malah sok bantu menjelaskan kalau Hapsari jual saus itu dalam botola

Seperti biasa, tiap kali kita bersentuhan, tubuhnya langsung meleleh dan desahan pelan lolos dari tenggorokannya.Perlahan-lahan, aku pun mulai kecanduan. Dan bagian dari diri aku mulai takut memikirkan ML pertama kita nanti.Bagaimana kalau ternyata aku enggak bisa sehebat ekspektasinya di ranjang?Ada rombongan orang lewat, aku pun langsung mundur, walau mereka enggak bisa melihat kita di kegelapan."Maaf. Ini enggak bakal kejadian lagi," kataku. "Tapi sumpah, aku enggak lagi pingin bikin dia cemburu. Aku cuma mau nunjukin kalau kita enggak bakal pernah balikan lagi."Dia mengangguk. "Makasih udah minta maaf. Sekarang ayo!” Dia jalan keluar dari gang.”Gitu aja?”Dia menengok ke belakang. ”Iya, gitu aja.”Sialan, ini lebih gampang dari dugaan aku.Waktu kita sampai, Papa, Harry, sama Hapsari sudah duduk lebih dulu. Karena Danny juga ikut, jadi aku memilih duduk di bangku penonton sama Maya, sementara