Malam itu, langit Arvenza kembali gelap.Hujan turun perlahan, membasahi kaca besar di balkon kamar Nayaka.Di dalam, hanya satu lampu berdiri menyala redup cukup untuk menyingkap wajah dua orang yang duduk dalam diam, dikelilingi rasa bersalah, takut, dan sesuatu yang tak mereka sebutkan.Ayla memeluk lutut di sofa, sementara Nayaka berdiri memunggunginya, menatap ke luar jendela.Suara hujan menjadi satu-satunya hal yang terdengar.“Kalau benar semua ini kerja ayahmu…” suara Ayla lirih, “…kamu siap melawannya?”Nayaka tidak langsung menjawab.Ia menatap pantulan dirinya di kaca jendela mata lelah, rahang tegang, dan tangan yang menggenggam rokok tanpa menyalakannya.“Yang aku takuti bukan melawannya,” katanya pelan. “Yang aku takuti… adalah menyadari bahwa selama ini aku juga bagian dari apa yang dia bangun.”Ayla bangkit, mendekat.“Jangan bilang begitu. Kamu bukan dia, Nayaka.”“Bukan?” Ia berbalik, menatap Ayla tajam. “Semua ini perusahaan, uang, sistem semua warisan darinya. Aku
Huling Na-update : 2025-10-09 Magbasa pa