All Chapters of Menggoda Suami Majikanku: Chapter 71 - Chapter 80

Happy Reading*****Zanitha mengerjapkan mata berkali-kali, menatap Ardha dan Elang bergantian. "Jadi, siapa yang bener jawabnya, Mi?" "Mami, dong, Sayang," kata Ardha, "lupakan pertanyaan tadi. Gimana keadaan Adik sekarang?" Zanitha tak menggubris pertanyaan sang mami, dia malah tersenyum ke arah Elang. gadis kecil itu seperti terpesona dengan ketampanan si bos. "Sayang, Mami lagi ngomong sama kamu, lho. Kok malah nggak merespon?" Ardha menoleh ke arah si mas. "Mi, Adik boleh kenalan sama Papi?" kata Zanitha. "Boleh, dong cantik," sahut Elang mendahului Ardha. Dia terlalu bersemangat ketika si kecil memanggilnya Papi.Penasaran dengan putri sahabatnya, Thalia juga berdiri dan mendekati sahabatnya apalagi ketika mendengar celotehannya yang terdengar lucu. "Hai, Sayang. Tante juga pengen kenalan dan ngobrol sama kamu. Boleh?" Kedua mata Zanitha membulat. "Mami, siapa Tante cantik itu?" katanya penuh semangat. "Lia, gantian aku dulu yang ngomong sama dia. Jangan main serobot aja,

Happy Reading***Suara Elang yang cukup keras membelah kesunyian dan keteganggan di ruang perawatan tersebut membuat Ardha dan Thalia diam. "Mas, tenang," ucap perempuan yang duduk di atas ranjang rumah sakit. "Kalau Mas marah, Thalia malah kesulitan menceritakan apa yang sedang terjadi." Usapan lembut di lengannya, mampu membuat Elang tenang. Ardha menghela napas. "Sekarang, ceritakan ada apa dengan Jenni?" tanya Ardha setelah keadaan menjadi tenang dan kondusif.Thalia menatap Elang dan Ardha bergantian. "Sebenarnya, aku bisa menghadapi ulah Jenni yang sedang mengamuk di kantor, tapi karena kamu nyuruh aku nggak menampakkan diri di hadapannya demi menjaga kerahasiaan hubunganku dengan Yandra. Jadi, aku datang menemui kalian," jelasnya. Bola mata Ardha membulat. "Jadi, kamu menjalin hubungan dengan Yandra? Lelaki yang brengseknya nggak jauh beda dengan Harsa." "Dek, tenang dulu. Biarkan Thalia menyelesaikan ceritanya. Mas akan menjelaskan semuanya nanti. Mengapa dia bisa menja

Happy Reading***Elang mendengkus, tawanya menggema ketika melihat ekspresi terkejut yang ditampilkan perempuan yang mengaku paling mencintainya. "Nggak mungkin, kamu pasti bohong. Be, kita sering melakukan hubungan intim bahkan terkadang sampai seharian. Mana mungkin, aku melakukannya sendiri seperti yang ada di video itu?" tanya Jenni tak percaya. "Mau lihat aksi gilamu yang lain? Kamu bisa menggeser video itu?" kata Elang.Bola mata Jenni berputar. Tatapannya pada Elang sulit diartikan. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Namun, sudah pasti rencananya untuk kembali pada sang kekasih gelap gagal total. Jenni tidak lagi bisa memaksa untuk bertanggung jawab atas janin yang dikandungnya.Semula, perempuan itu memang tidak menyangka jika dokter akan mengatakan bahwa rasa mual yang dideritanya beberapa hari karena hamil. Jenni menduga jika maag yang selama ini bersarang di tubuhnya kumat. Oleh karena banyaknya masalah, membuat perempuan itu makan tidak teratur. Namun, siapa sangka ji

Happy Reading***Ardha menatap tajam ke arah dua orang berlainan jenis yang saling berhadapan. Elang tampak kesulitan melepaskan rambut si perempuan pada kancing di pergelangan tangannya. Merasa namanya dipanggil, Elang menoleh. "Adek?" ucapnya. Lalu, mendorong keras tubuh perempuan yang ada di depannya hingga perempuan itu jatuh terjengkang. "Aduh," rintih perempuan dengan kemeja merah menyala, rok hitam yang membelit tubuhnya begitu ketat. Elang sama sekali tidak menatap atau membantu perempuan yang terjatuh tadi. Lelaki itu malah menghampiri Ardha. "Ke sini kenapa nggak bilang-bilang?" tanyanya pada sang kesayangan. Si bos bahkan merangkul Ardha ke arah sofa, sama sekali tidak peduli jika masih ada perempuan lain di ruangan tersebut. Ardha duduk sesuai keinginan si mas, kemudian menatap perempuan tadi yang masih bersimpuh di lantai. "Mas, dia siapa?" kata Ardha pelan. Seketika, Elang teringat dengan keberadaan putri salah satu rekanan yang memasok bahan baku produksi di per

Happy Reading***Thalia menatap dua orang di kanan kirinya, bergantian. "Kalian ini kayak anak kecil saja," keluhnya. "Kamu yang kayak anak kecil," sahut Elang dan Ardha bersamaan. "Cie ... cie, kompak banget, sih?" goda sang asisten, Thalia bahkan tak segan mencolek dagu sahabat perempuannya. "Kalian itu sudah cocok. Kenapa nggak segera menikah? Lagian, ya, Zi, si bos itu sudah nunggu kamu lama banget. Dari bayi sampai tua gini."Ardha mendengkus. "Jangan panggil nama itu, Li. Zika kan sudah mati, sekarang yang ada di hadapanmu adalah Ardha Putri Santoso," protesnya, "siapa yang nyuruh Mas Awan nungguin? Aku nggak nyuruh, ya." "Oke ... oke. Aku nggak akan pernah manggil kamub pake nama itu lagi." Thalis menyatukan jempol dan telunjuknya. "Adek memang nggak nyuruh nungguin, tapi ucapanmu pas kecil dulu masih terngiang di kepala. Mau Mas ulangi kalimatnya?" tanya Elang sambil memainkan kedua alisnya. "Dih," sahut Ardha. mencebik."Coba ulangi, Lang. Aku pengen dengar apa yang dik