Semua Bab Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!: Bab 51 - Bab 60

Melina hanyalah gadis berusia 21 tahun. Bagaimana mungkin dia sanggup menerima bom hujatan seperti ini?Mendengar itu, Robert bangkit dari balik meja kerjanya sembari menghela napas.Namun, sikapnya tetap sama. “Kevin, apakah menurutmu Melina bisa bertahan hidup atau tidak itu penting?”Udara langsung beku, senyap, dan dingin.Beberapa detik kemudian, mata Kevin yang pucat menatap ayahnya dari balik lensa. Bibir tipisnya akhirnya melengkung pelan.“Tentu saja tidak penting.”“Sebelumnya kita sudah memberi Melina kesempatan. Ayah benar, dia sendiri yang melewatkan kesempatan berharga.”Jadi meskipun fakta sama sekali bukan seperti yang dibeberkan si pembocor, meskipun Melina adalah korban dan bukan pelaku, kini dia sudah jelas harus menjadi kambing hitam.Bahkan jika suatu hari dia tak kuat hidup lagi, itu juga konsekuensinya sendiri.Selesai berkata, Kevin berbalik pergi. Dia sambil mengeluarkan ponsel dan mengutak-atiknya sebentar.Setelah mengirim serangkaian instruksi, dia melihat b

Wajah Melina memucat. Ujung jarinya yang menekan layar ponsel sudah sedingin es dan bergetar tanpa henti.Pengasuh tua yang memantik semuanya itu memang benar pernah bekerja di rumah Keluarga Boslin belasan tahun.Justru, dialah biang kerok yang memimpin para ART untuk menindas Melina.Sejak hari pertama Melina dan Melati masuk Keluarga Boslin, para ART sudah pandang sebelah mata. Selain tidak menghiraukan Melina, mereka juga sering kali mencoba-coba ambil untung darinya.Pengasuh tua itu bilang Melina pura-pura tak betah dan tak mau makan. Faktanya, mereka sering mengurangi jatah makan Melina, diam-diam membawa pulang lauk yang seharusnya untuknya buat cucu mereka, lalu menyisakan sisa makanan yang nyaris kedaluwarsa untuknya.Dia bilang Melina suka pura-pura tersinggung, lalu kabur dari rumah. Kenyataannya, mereka bersekongkol mencuri barang-barang Melina, lalu menuduh balik seolah Melina yang ceroboh atau bahkan menebar gosip bahwa Melina sering mencuri barang Keluarga Boslin.Waktu

Sejak kecil, Melina hidup di bawah atap Keluarga Boslin sambil menelan pahit. Bahkan para pembantu bisa semena-mena, membuat hari-harinya nyaris tak tertahankan.Itulah sebabnya, sejak belasan tahun lalu, Leon sudah membuat keputusan di dalam hati.Apa pun harga yang harus dia bayar, seberapa perih pun jalan yang mesti ditempuh, dia harus berdiri di puncak kekuasaan agar tak seorang pun berani menyentuh Melina, agar dia bisa melindunginya seumur hidup.Dulu, Melina tak pernah memberinya kesempatan.Kini kesempatan akhirnya jatuh ke tangannya, dia takkan lepas.Jangankan Melina ingin memperbesar masalah, sekalipun dia berniat mengguncang seluruh Kota Livia, Leon hanya akan menyiapkan pasukan untuk buka jalan lebih dulu.Soal kekhawatiran Melina bahwa Leon akan menganggapnya terlalu pendendam...Leon menundukkan sorot mata gelapnya, dingin tapi mengandung hangat yang nyaris memanjakan. “Asal kamu bahagia, apa salahnya balas dendam? Mel, bukan hanya gadis manis dan penurut yang pantas dic

Dalam sekejap, ruang makan tenggelam dalam hening.Seiring dengan munculnya Leon, suasana keluarga yang tadinya hangat seketika membeku. Celine yang semula bersandar manja di pelukan Kevin pun refleks duduk tegak, rona wajahnya berubah.Di kursi utama, Santo yang sedari tadi tidak sudi mengangkat kepala itu akhirnya mendongak untuk melihat putra sulungnya.Sinta agak mengencangkan rahang, tapi segera memasang senyuman lembut di bibir sembari bangkit untuk menyambut Leon.“Leon, kenapa kamu tiba-tiba pulang? Bukannya kamu nggak suka pulang ke rumah?”“Kebetulan kami semua sedang makan. Ayo, duduk dan makan bareng.”“Oh, ya! Malam ini inap di rumah saja. Tapi, kamar lamamu sudah lama direnovasi jadi ruang pakaian Celine. Nanti biar aku suruh ART bersihkan kamar tamu untukmu.”Ucapannya terdengar ramah, tapi setiap kata-katanya jelas menolak kehadiran Leon dari rumah ini.Sinta memang selalu membenci Leon.Dulu dia hamil dengan akal licik. Meski berhasil naik posisi jadi Nyonya Hoston, se

“Leon, cukup!”“Bagaimanapun hari ini pertama kalinya Kevin datang berkunjung. Walau kamu nggak mau lakukan demi aku, setidaknya demi ayahmu. Jangan buat onar!”Sinta akhirnya tak tahan melihat serangan dingin Leon terhadap Kevin. Dia buru-buru menengahi.Sebab, raut muka Kevin jelas sudah menggelap.Leon tetap tak berekspresi seolah hanya sedang melihat dua badut, Sinta yang gelisah dan Kevin yang mulai kesal.Jemarinya mengetuk pelan permukaan meja. “Aku rasa justru kalian yang sedang buat onar.”“Apa maksudmu? Leon, kamu pasti salah paham. Ada orang tak jelas yang menghasutmu, ya?” Sinta memasang wajah bingung.Padahal, dia paham betul Leon sedang menyinggung badai opini di media sosial.Memang Sinta yang memicu keseluruhan kejadian tersebut. Dia bahkan menyewa buzzer dan media, serta meminta Kevin untuk bekerja sama.Namun, dia tidak begitu bodoh sampai mengakuinya langsung.Sinta menasihati dengan nada manis, “Di luar sana, banyak orang bermoral busuk dan suka mengacau. Jangan sam