Semua Bab Sentuhan yang Menyembuhkan: Bab 81 - Bab 90

“Lalu aku mencari sudut di tepi jembatan untuk buang air kecil…” Fransisca tersenyum canggung, “Setelah itu, aku mulai merasa sedikit pusing, punggung terasa dingin… Di bawah juga terasa dingin… aku kira karena berkeringat lalu tertiup angin, kedinginan saja… Waktu itu aku tidak terlalu memikirkannya, lalu melanjutkan perjalanan. Di tanjakan itu, aku buang air lagi… Itulah saat kemudian kamu tahu… aku digigit ular…”Fransisca mengingat kembali bagaimana Federico menolongnya menghisap racun, semakin malu hingga tak berani menatap.Federico mengangguk， “Sepertinya saat kamu buang air di tepi jembatan itu, kamu sudah menarik perhatian makhluk halus… Bahkan mungkin gigitan ular itu juga ulah benda itu… Kamu perhatikan sesuatu yang aneh saat di tepi jembatan?”Fransisca mengerutkan alis, “Tidak ada… eh, tunggu! Aku melihat di tepi jembatan ada sebuah prasasti! Di atasnya juga ditempel beberapa kertas kuning yang berlumuran darah! Apa ada hubungannya?”Federico mengangguk, “Benar sekali! Ka

“Ah!!! Jangan!!! Jangan ganggu aku lagi! Aku salah! Aku tidak berani lagi! Aku tidak akan sembarangan bicara lagi! Ah... jangan pegang pantatku! Ah... celana dalamku…”Di tengah teriakan sekretaris, terdengar suara robek kain lagi. Sebuah celana dalam putih tersobek, melayang di udara…Sekretaris hampir pingsan karena ketakutan. Saat itu ia baru ingat tentang Federico, yang tadi selalu ia cercanya dan tuduh.Kini ia sadar semua yang dikatakan Federico benar adanya. Seandainya ia tahu sebelumnya, dengan seratus nyalipun, ia tidak akan berani menentang Federico.“Federico! Maafkan aku, tadi semuanya salahku… Tolong selamatkan aku! Federico! Tolong selamatkan aku! Apa pun yang kau minta, aku akan lakukan!” ucap Stella.Fransisca juga gemetar ketakutan, tapi ia menahan rasa takutnya dan bergetar berkata, “Federico… tolong selamatkan dia... Meskipun dia ceroboh, niatnya baik, hanya ingin melindungiku…”Federico menatap Fransisca, mengangguk sedikit sambil tersenyum, “Tenang saja, Fransisca,

“Ah… ini… semua bisa terlihat begitu saja?” Fransisca malu-malu menggigit bibir bawahnya, pesona manja dan memikatnya semakin terlihat.Federico mengangguk, “Sebenarnya aku juga sangat terkejut… tidak menyangka kau, Fransisca… Kau begitu cantik, terkenal… tapi ternyata masih… Reaksi makhluk halus itu tidak bisa bohong… kalian berdua pasti…”“Cukup cukup” Fransisca cepat-cepat mengalihkan pembicaraan, “Lupakan soal itu, lebih baik kita fokus ke bagaimana menyelesaikan masalah ini…”Sopir dan pengawal bekerja dengan efisien. Tak lama, mereka sudah kembali dengan kertas dupa, minyak pelita, dan segala perlengkapan lainnya.Federico segera membuat sebuah altar kecil di depan vila. Ia mengambil beberapa genggam nasi semalam yang telah direndam air dan menaburkannya di sekitar. Lalu, sambil membakar kertas dupa, ia melafalkan Mantra Tenang Jiwa...Saat kata terakhir Federico terucap, api di altar membesar. “Makan dan minumlah dengan baik, sekarang pergilah! Tanpa maksud menyinggung, ada hal

“Jadi kau sengaja membuat aku jadi umpan, ya... Dan tadi, kenapa kau tidak membiarkanku duduk... Harus repot-repot menggendongku juga...” ucap Fransisca.Federico menggelengkan kepala. “Kak Fransisca, untung aku yang menggendongmu. Kalau tidak, sekarang kau bukan gadis perawan lagi...”“Hah?? Maksudmu... apa itu?” tanya Fransisca.“Kau masih belum paham?” Federico tersenyum. “Dulu makhluk halus itu berubah jadi dudukan toilet. Kalau kau duduk begitu saja... Dia akan langsung merusakmu, dan toilet itu bakal berdarah... Itu berubah jadi dudukan toilet, tapi kau sendiri tidak bisa melihatnya. Kalau kau duduk, tamatlah!”“Aaah!” Fransisca segera menutupi pantatnya dengan tangan, hatinya dipenuhi rasa takut. “Jadi... maksudmu, tadi aku hampir diserang oleh makhluk halus itu?”Federico mengangguk. “Makanya kau belum berterima kasih padaku?”“Aku berterima kasih apa-apaan! Kau tahu itu masih ada, tapi masih membuatku ambil risiko! Kau jahat sekali!” ucap Fransisca.Fransisca mengejar Federico

“Lagi mikir apa, nakal?” Fransisca mengangkat tangan dan menepuk pelan dahi Federico, sambil bercanda di bibirnya, tapi dalam hati senang melihat reaksi Federico.Federico menatap Fransisca, hatinya berdebar melihat Fransisca mengangkat tangan, membuat lekukan pinggangnya yang seksi terlihat, detak jantungnya semakin cepat.“Ehm, Fransisca... Rokmu... cantik sekali...” ucap Federico.“Benarkah?” Fransisca tersenyum menggoda, meletakkan kedua tangan di belakang punggungnya, pura-pura malu sambil berkata, “Terima kasih atas pujiannya~”“Hehe... bukan pujian, aku cuma bicara jujur saja...” Federico garuk-garuk kepala dengan malu.“Pff...” Fransisca melihat tingkahnya yang polos itu, tak bisa menahan tawa, hingga dadanya bergetar karena tertawa.“Nakal...” Fransisca sedikit menggeleng. “Cepat mandi saja, deh... Kau kan kepanasan dan berkeringat, pasti capek.”“Hah? Aku... aku juga harus mandi? Ah, aku nggak mandi deh... nanti kalau balik ke rumahku baru mandi, di sini juga nggak ada baju g