Sentuhan yang Menyembuhkan

Sentuhan yang Menyembuhkan

By:  ArsenoUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
100Chapters
23views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku adalah tabib muda, urusan mengobati nomor satu! Tak peduli dari mana angin timur, barat, selatan, atau utara datang, aku tetap tersenyum bangga di tengah dunia persilatan! Tak peduli siapa pun si preman atau anak konglomerat, kubiarkan mereka lenyap bagai anjing!

View More

Chapter 1

Bab 1

Suara lirih seorang perempuan terdengar di dalam rumah petani tua di Desa Peach Blossom.

“Uhh… sakit….”

Sesaat kemudian, suara seorang pemuda menyusul, terdengar agak berat dan tegang.

“Tenang saja, Kak… jangan terlalu kaku. Kalau tegang begini, saya tidak bisa menusukkan jarum…”

Dialah Federico Ziodan, pemuda yang dipanggil orang-orang desa sebagai si buta. Dahulu ia seorang mahasiswa kedokteran tradisional, penuh harapan, namun nasib buruk merenggut segalanya.

Demi melindungi kekasihnya dari para bajingan, matanya ditusuk hingga buta, dan ia pun dikeluarkan dari kuliah. Dalam sekejap, masa depan cerahnya runtuh. Kekasihnya pun kabur.

Sejak itu Federico hanya bisa bertahan hidup seadanya, hampir kehilangan semangat hidup, sampai seorang wanita datang ke sisinya.

Wanita itu, Aisha Lukman adalah janda muda nan cantik yang tersohor di desa-desa sekitar. Pernah menikah, namun suaminya meninggal pada malam pertama pernikahan akibat mabuk. Sebuah tragedi yang membuatnya dituduh keluarga mertua sebagai pembawa sial. Ia pun diusir kembali ke rumah orang tuanya.

Parasnya jelita, tubuhnya tinggi semampai, lekuk tubuhnya membuat iri sekaligus menggoda banyak lelaki. Namun Aisha tidak menggubris siapa pun, kecuali satu orang, Federico.

Entah karena iba, entah karena rasa kagum, ia justru sering mendatangi pemuda buta itu, mendorongnya agar bangkit kembali dan melanjutkan belajarnya sebagai tabib.

Hari ini pun, mereka berdua sengaja memilih rumah petani tua yang sudah lama terbengkalai, agar tidak menjadi bahan gosip orang-orang. Di sanalah Aisha rela menjadi perantara hidup, tubuhnya dipakai sebagai media latihan jarum akupuntur.

"Iya..." Aisha berkata sembari menggigit bibirnya, wajahnya tampak memerah.

"Aku... Aku juga tidak ingin ini, tapi begitu kepikiran kau mau menusukkan jarumnya, aku langsung tegang..."

Aisha menelan ludah, lalu mendorong Federico pelan.

“Federico, gimana kalau kau nanti baru sambung saja? Aku terlalu tegang, takutnya jarummu rusak... Gimana kalau kau kenali dulu titik akupunkturku?"

Federico yang mendengar ini pun hanya bisa menghela napas pelan, dan meletakkan jarum perak di tangannya. "Baiklah, aku kenali dulu titik pengobatanmu deh. Memang hal gini tidak bisa terlalu panik."

Aisha perlahan mengangkat lengannya untuk dipelajari Federico. "Mulai dari lenganku saja."

Federico segera memegang lengan Aisha dan mulai meraba pelan.

“Ini… titik untuk mengobati kegagalan sirkulasi perifer.”

“Lalu di sini… titik untuk kesehatan payudara.”

“Dan ini… titik untuk menguatkan tubuh.”

Ia menyebutkan satu per satu dengan tenang, sementara Aisha hanya bisa tersenyum samar, pipinya merona.

“Terima kasih, Kak Aisha… aku benar-benar beruntung kau bersedia menemaniku berlatih,” ucap Federico tulus. Ia berhenti tepat di bahunya, menahan diri untuk tidak menyentuh lebih jauh.

Kalau menyentuh lebih jauh... Bagian bawah itu adalah dada. Itu sebenarnya adalah bagian paling membanggakan bagi Aisha. Harus diakui, kecantikan Aisha memang sangat luar biasa. Dengan tubuhnya yang ramping dan berbentuk, bisa dibilang dia bagai bidadari!

Aisha diam-diam melirik bagian dalam bajunya. Lalu beralih pada wajah polos Federico, Aisha hanya bisa menghela napas pelan. "Pemandangan indah gini, sayangnya kau tidak bisa lihat..."

“Eh? Apa maksudmu?” Federico tiba-tiba menoleh, heran. Rupanya ia mendengar kata hatinya yang tak sengaja dia katakan.

Aisha terkekeh, menutupinya dengan senyum manja. “Tidak, maksudku… ada pemandangan indah di dunia ini yang kau tak bisa lihat. Itu saja.”

Federico hanya tersenyum pahit. “Tak apa. Dulu aku sudah pernah lihat pemandangan kok.”

Namun Aisha justru menggigit bibirnya, lalu mendekat sedikit. Ada sinar nakal yang melintas di matanya. "Tidak... Pemandangan ini pasti tak pernah kau lihat..."

Di usianya yang sedang membara, dia haus akan sentuhan. Aisha melirik sekitar, memastikan tidak ada orang, matanya makin usil.

“Federico, kau sudah lama belajar ilmu medis. Gimana kalau aku tes kau?” Suaranya menurun menjadi nada genit.

"Boleh, aku jamin pasti bisa!" Federico menepuk dadanya dengan percaya diri.

“Aku akan menggenggam tanganmu, lalu menaruhnya di suatu tempat. Kau harus menebak… itu titik akupuntur yang mana. Kalau salah, berarti pelajaranmu belum cukup.”

Federico menegakkan tubuh, penuh percaya diri. “Tidak masalah!”

Federico sangat yakin, apalagi dia sudah menyentuh tangan Aisha beberapa kali. Titik akupunktur biasa sudah dia hafal di luar kepala.

Tapi tak pernah ia duga, Aisha secara diam-diam sudah melonggarkan pakaiannya.

Hamparan putih nan lembut langsung muncul ke hadapannya. Kalau pria biasa melihat pemandangan ini, bisa langsung mimisan!

Aisha menatap wajah tampan Federico dengan jemari lentiknya, entah kenapa malah muncul rasa tidak enak. Ini juga pertama kalinya dia telanjang di depan seorang pria.

Rasa malu dan menegangkan ini membuat jantungnya berdebar kencang. Wajahnya pun memerah.

"Kalau begitu, aku mulai pertanyaan pertama... Ini titik apa?"

Aisha langsung meletakkan jari Federico ke tubuhnya.

Saat jari-jarinya menyentuh permukaan yang halus dan hangat, tubuh Federico langsung menegang. Wajahnya yang awalnya tersenyum, langsung jadi pucat. Dia tertegun!

“Ah!! Ka… Kak Aisha!” Suaranya parau. “Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau malah...”

Federico sontak menarik kembali tangannya dengan wajah memerah. Bahkan dia tidak sanggup merangkai kata-kata lagi.

Aisha hanya tertawa geli, suaranya renyah. Ia kemudian menyelipkan sesuatu ke tangannya. “Hei, dasar pikiranmu kotor! Itu hanya sarapanmu, roti daging kukus yang masih hangat.”

Federico langsung terbatuk-batuk karena malu, wajahnya merah padam. Dia pun menghela napas lega. “Aku… aku salah paham… Aku kira...”

Aisha mendorong keningnya dengan ujung jari, menggoda. “Kau kira apa tadi? Hm? Jangan bilang kau ingin berbuat nakal pada kakakmu ini? Mau sentuh bagian mana nih?”

“Ti-tidak! Aku sama sekali tidak berpikir begitu!” Federico terbata.

Aisha tertawa semakin keras, tubuhnya berguncang, matanya menyipit menahan geli. “Hahaha, sudah, makan saja dulu. Setelah ini, aku masih punya ujian lanjutan untukmu. Tapi ingat, kali ini kau tak boleh menarik tanganmu sebelum benar-benar menebak dengan tepat. Mengerti?”

Federico menganggukkan kepala dengan yakin. “Baik! Aku berjanji tidak akan mundur!”

Aisha tersenyum manis, namun matanya berkilat penuh kelicikan dan dia tanpa sadar menggigit bibirnya. Ia mendekat lebih rapat, berbisik di telinganya, “Bagus. Tapi hati-hati ya… kali ini bukan hanya roti kukus. Bisa jadi kau akan meraba… anggur, atau bahkan buah persik. Ini ujian penting, harus serius lho...”
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status