Laura terkikik geli saat dagu Argo yang berbekas sisa-sisa bercukur menyentuh bahunya yang sensitif. “Geli, Argo …!” protesnya, tetapi tidak berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu.Argo tidak bergeming, malah mengencangkan pelukannya. “Kamu janji untuk mulai panggil aku dengan sebutan sayang,” katanya mengingatkan, kali ini dia berbisik di dekat telinga Laura.“Dan kita harus menghentikan bicara formal satu sama lain.” Ucapannya lembut, tetapi tak ada paksaan di baliknya. Argo hanya ingin menghapus segala jarak dan sisa-sisa formalitas karena pekerjaan yang mungkin masih tersisa antara mereka.Laura menoleh sedikit, bertemu dengan pandangan Argo yang hangat dan penuh harap. Dia tersenyum, kali ini lebih lembut. “Baiklah ... Sayang,” ujarnya, mencoba kata itu. Terasa sedikit asing, tetapi juga menyenangkan. Sebuah keintiman baru yang mereka bangun bersama, dimulai dari hal-hal sederhana seperti panggilan itu.Di antara udara hangat dan aroma masakan itu, mereka bukan lagi Laura
Terakhir Diperbarui : 2025-10-24 Baca selengkapnya