Reve berdiri tegak di depan cermin hotel suite, mengikat dasi hitamnya dengan gerakan kaku. Jas hitamnya yang mahal terasa seperti baju zirah yang menyesakkan. Tiba-tiba, tangan Shara melingkari pinggangnya dari belakang, wajahnya menempel pada punggung Reve. “Aku senang sekarang tidak ada lagi yang mengganggu kita, Sayang,” bisik Shara. Suaranya manis tetapi bagi Reve, kalimat itu mengandung arti ganda. “Dan sebelum pernikahan kita enam bulan lagi, aku harus ke luar kota dengan ibuku untuk mengurus beberapa bisnis kami.” Reve membeku, tangannya berhenti mengatur dasi. Di cermin, ia melihat bayangan Shara yang tersenyum puas, seperti kucing yang baru menangkap tikus. “Saat aku kembali,” Shara melanjutkan, tangannya meraba dada Reve, “aku harap kita semakin mesra. Apalagi kita sudah pernah melakukan itu.” Reve hanya diam, tetapi di dalam kepalanya, pikiran berputar cepat. Enam bulan. Waktu yang cukup. Waktu untuk menyelesaikan segalanya. Dia membalikkan badan, memandang langsung m
Last Updated : 2025-09-17 Read more