Pagi di Benteng Wiru dimulai dengan suara keras dari halaman utama.Besi beradu dengan besi, langkah kaki menghentak tanah, dan teriakan semangat menggema di antara udara dingin yang masih dibungkus kabut.Raras berdiri di balik tiang kayu paviliun, separuh bersembunyi di balik tirai bambu. Dari tempatnya, ia bisa melihat para prajurit berbaris, berlatih pedang dengan gerakan serentak dan penuh disiplin.Matahari baru naik, menembus kabut, memantulkan cahaya ke ujung pedang mereka.Raras menatap terpukau.Setiap kali pedang diayunkan, dadanya berdegup aneh. Ada sesuatu yang terasa familiar seperti melodi yang pernah ia dengar, tapi lupa liriknya.Rakai berdiri di tengah lapangan, mengenakan seragam latihan sederhana. Wajahnya serius, tapi suaranya tenang saat memberi perintah.“Langkah kiri dulu. Ingat, pedang bukan untuk kekuatan, tapi untuk keseimbangan.”“Siap, Gusti!” seru para prajurit serempak.Raras hampir tertawa. Keseimbangan, katanya?Padahal, setiap ayunan pedang itu sepert
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-11-13 อ่านเพิ่มเติม