Dengan jantung berdebar kencang, aku membalikkan badan untuk bersiap menghadapi serangan atau sayatan pedang. Namun yang kulihat hanyalah bayangan kabur, desiran udara dari benda yang meluncur dalam sekejap mata. Dua langkah menjauh, Timer menatapku, tetapi bukan ke arahku. Dia mencakar dadanya, tertusuk oleh sesuatu yang tiba-tiba terasa begitu menenangkan.Sebuah anak panah.Rasa lega menjalar di tubuhku yang gemetar. Timer jatuh seperti cangkang kosong. Aku duduk di sana, tak mampu mengalihkan pandanganku. Sesaat, hanya sesaat, aku teringat kontestan adu tombak dari masa lampau, yang jatuh dari kudanya, terluka parah oleh hantaman tombak yang tumpul. Betapa berbedanya aku memandang kematian itu. Sedangkan untuk pria yang terbaring di hadapanku, mati dan berdarah, aku bersuka cita atas kematiannya, puas dengan cara yang penuh dendam. Sebagian diriku merasa jijik pada Matilda yang ini, ngeri dengan kedengkianku sendiri. Tapi entah kenapa, aku tak bisa membuat diriku merasa kasihan.B
Dernière mise à jour : 2025-09-22 Read More