“Malam itu, rahasia yang seharusnya terkubur rapat kini berdiri di antara mereka.”Kalimat itu terus terngiang di kepala Airin. Arlan berdiri di ambang pintu, tatapannya tajam menusuk, seolah mampu membaca isi hatinya. Bantal di pangkuannya terasa berat, seolah menjadi tameng terakhir yang melindungi surat-surat rahasia cinta Arlan dan Inayah.“Kamu buka laci meja aku, ya?” suara Arlan kembali terdengar, dingin, tegas, penuh curiga.Airin tercekat. Bibirnya ingin mengucap “tidak”, tapi hatinya menolak berbohong. Napasnya tercekat, matanya memanas.“A… aku cuma… lagi beres-beres, Mas,” jawab Airin terbata, mencoba menutupi ketakutannya.Arlan menyipitkan mata. Ia melangkah mendekat, jaraknya kini hanya sejengkal dari Airin. Bayangan tubuhnya menutupi cahaya lampu kamar, membuat Airin semakin terpojok.“Airin,” ucap Arlan pelan, tapi sarat ancaman, “jangan pernah utak-atik barang-barangku lagi. Mengerti?”Airin menunduk, memelu
Last Updated : 2025-09-25 Read more