Hari itu, matahari bersinar terang, namun bagi Airin, dunia terasa kelabu. Langit biru seakan mengejeknya, seolah berkata bahwa hari ini adalah hari bahagia—padahal, di hatinya hanya ada sesak dan kehampaan. Pagi pernikahan, yang seharusnya menjadi puncak kebahagiaan seorang perempuan, justru terasa seperti awal dari sebuah penjara.Sejak subuh, rumahnya sudah ramai. Suara ibu-ibu tetangga yang sibuk mondar-mandir, para saudara yang datang dari jauh, dan kerabat yang sibuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar. Wangi bunga melati yang dipasang di setiap sudut bercampur dengan aroma dupa dan wangi-wangian yang menusuk hidung.Di ruang rias, Airin duduk kaku. Perias bekerja cekatan, jemarinya mengusap bedak, mengoles lipstik, merapikan sanggul.“Jangan tegang, Nduk,” ucap perias dengan nada lembut, mencoba menghibur. “Hari ini hari paling indah dalam hidupmu. Senyum, ya…”Airin menatap bayangannya di cermin. Kebaya putih melekat anggun di tubuhnya, wajahnya dirias sempurna, tampak b
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-08-13 อ่านเพิ่มเติม