“Ahh… lagi… jangan berhenti…” Rayana tak sanggup menolak, malah meminta lebih.Pada akhirnya, tak sanggup lagi menahan. Tangannya meraih punggung Arya dengan erat, tubuhnya bergetar, suaranya pecah dalam desahan.Arya menatapnya, seolah tak percaya Rayana benar-benar menyerahkan diri padanya. Senyum puas terlukis di wajahnya, lalu ia menuruti ritme yang diminta Rayana. Mempercepat tempo laju pacuan kuda yang sudah mendekati garis finish.Napas keduanya semakin beradu, memburu, saling membakar satu sama lain.Waktu terasa berhenti di kamar itu, hanya ada suara mereka yang saling berbaur—antara desahan, bisikan, dan panggilan nama. Hingga akhirnya, puncak itu datang, membuat mereka sama-sama terhanyut, tubuh bergetar bersamaan, dan hati mereka pun jatuh lebih dalam dalam ikatan yang penuh gairah sekaligus luka.Rayana terkulai lemas, wajahnya memerah, napasnya tersengal. Arya mendekapnya erat, seakan tak rela melepaskan. “Kau benar-benar, membuatku gila…"Kata-kata Arya justru membuat h
Terakhir Diperbarui : 2025-09-01 Baca selengkapnya