Usai bertukar kabar dengan calon suaminya, Laras membantu Rahul dan Ratih. Kata-kata Dirga barusan masih terngiang dalam benaknya, ia tersenyum malu sambil menunduk.“Ras, nggak baik begini, calon pengantin ketawa-ketawa sendiri. Kamu kenapa?” tegur Ratih dengan nada ketusnya.“Biarin aja atuh, Bu. Namanya juga orang kasmaran. Kayak kita nggak pernah muda aja,” bela Rahul, menyenggol lengan keponakan.“Jangan dibelain, Pak.” Ratih mencebik pada Rahul. Lalu ia menatap Laras. “Kamu mau ke kuburan ibu dan bapakmu kapan? Waktunya udah mepet. Kalau mau hari ini Bibi antar, sekalian beli dendeng ikan lagi.” Ratih kembali membaca catatan.“Beli oleh-oleh lagi, Bi? Nggak salah? Untuk apa? ‘Kan semua udah kebagian. Jangan sampai Mas Dirga kirim truk ke sini,” celetuk Laras, bibirnya menekuk, tak habis pikir dengan pikiran bibinya.“Boleh itu, Ras, minta Pak Dokter kirimin truk aja. Biar lebih leluasa Bibi bawa barang. Udah, yuk, keb
Last Updated : 2025-11-10 Read more