“Ugh … hm … Mas, lebih cepet l–lagiii,” rengek Laras, suaranya mendesah keras di kamar ini. Ia tak kuasa menahan jeritannya lagi. Tumbukkan Dirga terlalu kuat, terlalu dalam, dan goyangannya terlalu lincah. “Larasati … istriku,” bisik pria itu, tepat di depan belahan dada yang basah, campuran antara saliva Dirga dan keringat keduanya. “Hm … Dirgantara … suamiku,” racau Laras, sudah sepenuhnya dikuasai oleh gairah yang menggila. “Akh … Mas!” pekiknya.Ya, Laras tersentak sesaat tatkala Dirga menghentak lebih dalan. Kulit mereka saling bergesekan cepat dilumasi keringat yang mengucur. Ia hanya bisa memejam untuk menghindari tetesan peluh dari atas kepalanya. Bukan tanpa alasan, karena Dirga mengunci kedua tangannya di atas kepala, tepat menempel pada dinding. Sedangkan sebelah tangan pria itu menopang dan meremas bokongnya.“Licin, Laras. Kamu menikmatinya, hm,” desah Dirga, lagi dan lagi menghujam dalam. “Mas, kakiku lemas banget. Akh … ampun, Mas Dokter,” rajuk Laras lagi. Ia tak t
Huling Na-update : 2025-11-13 Magbasa pa