Skandal Terlarang Bersama Mertuaku

Skandal Terlarang Bersama Mertuaku

last updateLast Updated : 2025-08-18
By:  NACLOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
13views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Kalau saya teruskan ... nggak jamin bisa berhenti." Bisikan pria itu terasa menyengat. Laras tak menyangka niatnya untuk kabur dari suami bejat, malah membawanya ke atas ranjang milik pria luar biasa. Mampukah Laras menanggung skandal yang mungkin menghancurkan segalanya?

View More

Chapter 1

Bab 1 : Berengsek Kamu!

“Berengsek kamu, Mas!”

Telepon genggam di tangan Laras hampir terjatuh. Tangannya gemetar hebat. Ponsel itu terasa bagai bara di telapak tangannya. Napasnya tersendat-sendat, seakan paru-parunya menolak menerima kenyataan.

Sebenarnya ia tidak berniat mengambil ponsel Rama—suaminya. Kebetulan Laras sedang merapikan ranjang, dan benda pipih itu berpendar terus.

Penasaran, Laras pun meraihnya. Menganggap penting karena ada orang yang menghubungi sepagi ini. Ternyata berujung petaka. Ia tidak menyangka setelah melihat pop-up pesan singkat di layar benda itu.

[Gila, kalau tiga bulan lagi lu bisa nahan diri jadi suaminya si Laras, lamborghini sama duit 5M otomatis jadi hak milik.]

[Tapi inget, Bro. Perawanin dulu tuh cewek sebelum dicerai.]

Masih banyak pesan lagi yang Laras bahkan tidak sanggup membacanya.

Pandangan Laras berkaca-kaca, tubuhnya yang tadi tegap dan baik-baik saja, kini bagai raga tak berjiwa. Lututnya goyah, seolah tidak lagi sanggup menyangga tubuh yang diseret ke titik nadir.

‘Jadi ini semua … lelucon buat mereka?’ Suara hatinya berteriak, tetapi mulutnya membisu. 

Bahkan dunia pun mengecil, menyisakan perih di dada yang menjalar sampai tulang punggung.

Rama memang mengejarnya sejak ia masih kuliah semester akhir. Namun, Laras menjauh, mengingat status sosial mereka yang berbeda jauh. 

Beberapa bulan lalu, lelaki itu makin intens mendatanginya dengan segala janji manis, bahkan menyusup sampai ke rumah pamannya di desa untuk meminta restu.

Laras sempat percaya itu cinta. Padahal sekarang ia sadar, itu hanya akting murahan dari pria kaya yang ingin menang taruhan.

Sungguh … Laras tidak menyangka bahwa mulut dan sikap manis Rama ternyata beracun.

Amarah yang menggelegak dalam diri pun membawa langkahnya mendekati pria itu, yang sedang telekonferensi di ruang tamu rumah kontrakan mereka.

Laras meletakkan ponsel di atas meja rotan. “Maksud kamu, apa, Mas? Jelasin!” desaknya dengan suara bergetar.

Rama yang baru saja menyelesaikan meeting, bersikap tenang … atau lebih tepatnya bersandiwara. Tangannya meraih telepon genggam. Pria itu membaca pesan chat dari beberapa temannya di fakultas manajemen bisnis pascasarjana.

“Kamu jadiin aku taruhan? Tega kamu,” lontar Laras, tanpa embel-embel ‘Mas’ karena sudah terlalu kecewa.

Dengan santainya Rama berdiri, mendekati Laras dan meraih ujung rambut sebahu wanita itu.

“Memangnya kenapa?” ucap Rama begitu ringan. Dagu pria itu terangkat dan tatapannya menusuk tajam, meremehkan. “Kamu pikir dinikahi karena cinta?”

Laras membeku. Sejenak matanya menatap kosong, lalu berkedip dengan cepat, ia berusaha menyingkirkan bayangan harapan yang runtuh tiba-tiba.

‘Jadi benar, cuma aku yang percaya? Cinta? Dasar bodoh,’ batinnya.

Apa mungkin karena alasan itu juga, sudah tiga bulan mereka menikah, Rama belum pernah menyentuhnya. Bahkan pria itu beralasan sedang sibuk, banyak tugas dan kelelahan. 

Melihat keterdiaman Laras, Rama geleng-geleng dan tertawa mengejek. “Kamu pikir kamu siapa, hah? Cewek kayak kamu itu udah beruntung dinikahi siri sama pria kaya dan berpendidikan seperti aku.”

Tangan Laras terkepal kuat di samping tubuhnya, kulitnya yang kuning langsat itu sampai memutih pada buku-buku jarinya.

Tidak terima harga dirinya diinjak-injak dan dipermainkan oleh pria, Laras mendorong Rama hingga pria itu mundur setengah langkah.

Ia ingin muntah melihat wajah pria yang selalu didoakan dalam sujud. Dulu, Rama tampak seperti jawaban dari setiap harapannya, kini terasa seperti laknat yang tak bisa ia cabut.

“Ceraikan aku, Rama!” Sorot mata Laras begitu tajam, tetapi memancarkan luka yang menganga lebar.

Rama melotot saat Laras berani melawannya. Nampaknya pria itu naik pitam dan langsung mencengkeram rahang Laras dengan kuat.

Laras meringis dan berusaha melepaskan diri. Tubuhnya juga agak gemetar, ternyata Rama mampu bersikap sekejam ini.

“Cerai? Jangan harap. Kamu milikku sampai taruhan ini selesai.” Tangan Rama makin kuat dan kukunya perlahan menancap pada kulit rahang Laras. Ia berteriak, “Paham?!”

“Aku bakal laporin kamu—”

“Silakan, nggak akan ada seorang pun yang percaya ucapan perempuan miskin kayak kamu!” Tawa Rama menggelegar puas.

Sambil menginjak kaki Rama, Laras berujar, “Aku benci kamu!”

“Argh, sialan!” erang pria itu, seketika itu juga Rama melayangkan tangannya dengan keras hingga Laras terhuyung.

Laras membeku. Telinganya berdengung, pandangannya berkunang dan kepalanya masih menghadap ke samping. Rasa panas serta kebas menjalar pada pipi yang tertutupi oleh rambut. Air mata luruh dengan memalukan di hadapan pria yang tidak seharusnya ia tangisi.

Ini terlalu sakit hingga lukanya itu menyebar ke seluruh jaringan tubuhnya. 

Seakan belum puas menyakiti Laras, dengan tangan terlipat di depan dada, Rama berkata, “Dengar baik-baik, Laras. Kalau bukan karena taruhan itu, aku nggak akan sudi melirik cewek sekelas kamu.”

Rama menunjuk-nunjuk tubuh Laras seakan kotoran yang tak layak disentuh.

Tanpa empati atau secuil rasa bersalah, Rama melenggang pergi keluar dari rumah kontrakan itu. Meninggalkan Laras yang berdiri dalam diam bersama isak tangisnya.

Laras menyeka air matanya dengan gerakan kasar. Cukup sudah penghinaan ini, ia tidak mau diinjak-injak lagi oleh lelaki itu.

Setelah menutupi memarnya dengan concealer, Laras menemui koordinator rumah sakit. Memohon dipindahkan dari yang awalnya bertugas sebagai dokter muda di Jakarta menjadi di wilayah pelosok. Sialnya, ia harus menunggu cukup lama untuk mendapat keputusan. 

Laras memilih tinggal di kosan temannya, dan juga memblokir kontak Rama. Sampai hari ke lima, satu email masuk bahwa permohonannya dikabulkan.

Terpaksa Laras kembali ke rumah kontrakannya untuk mengambil semua barang. Saat memasuki kamar, matanya membelalak mendapati ranjang berantakan. Parahnya lagi, ia menemukan alat kontrasepsi bekas pakai yang tergeletak begitu menjijikkan.

“Keterlaluan kamu, Rama!” desis Laras sambil meremas dadanya sejenak.

Dengan tangan gemetaran, ia mulai memasukkan semua pakaiannya ke dalam ransel. Napasnya tercekat kala tak sengaja menginjak gaun tipis ungu muda miliknya, serta dompet merah asing. Laras sempat mematung. Lalu ia memfoto semua kekacauan ini dan mengunggah ke sosial media pribadi. 

[Ternyata lebih gampang meniduri perempuan asing daripada istrinya sendiri.]

Sebelum benar-benar pergi dari kota ini, ia melemparkan dompet asing itu ke kebun di dekat rumah. Kelak pemiliknya akan kesulitan mencarinya.

Air mata Laras kembali luruh. Dengan bibir yang mengering ia bergumam, “Ya, Rama ... kalau kita nggak akan cerai, maka kamu juga nggak akan bisa menemukan aku sampai waktu taruhanmu habis.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status