“Apa, Ma?!” Interupsi Dirga, tegas dan berat. Jakunnya bergerak naik turun seirama dengan dada bidangnya. Informasi itu terlalu mendadak, ya, bukan karena marah.Dewi menoleh pada putra sulungnya yang masih memegangi piring. Ia menggerakkan mata, memerintah Dirga untuk duduk dan bersikap sopan.“Dirga!” tegur Denver langsung.“Saya … setuju dengan keputusan Bu Dewi,” sahut Rahul, disusul anggukan Ratih.Ini makin membuat Dirga tak bisa duduk diam saja. Tujuannya untuk bersama Laras, tak terpisahkan, ternyata setelah lamaran justru dijauhkan seperti ini.Malam ini ia tak bisa berkutik. Mulutnya seolah terkunci.“Untuk persiapan pernikahan, serahkan pada kami. Pak Rahul dan Bu Ratih tolong jaga Laras di sini. Nanti sehari sebelum acara, kami kirim sopir. Tidak perlu membawa pakaian, saya dan suami akan menyiapkan semuanya,” terang Dewi, nadanya halus dan pelan.Ratih menggenggam tangan calon besannya itu. “Terima kasih, Bu, Pak. Sudah menerima Laras apa adanya. Semoga hubungan ke
Terakhir Diperbarui : 2025-11-06 Baca selengkapnya