“Mama?!” Kompak Dirga-Laras. Sontak keduanya bergeming karena Dewi benar-benar mengintip ke dalam kabin.“Dirgantara Bradley, menjauh dari Laras!” tegas wanita paruh baya itu. Matanya yang sipit sampai melotot, hidungnya kembang kempis, dan jari telunjuknya bergerak-gerak memberi perintah.Pipi Laras sangat panas, dan tubuhnya berkeringat dingin. Ia lantas berbisik, “Jauhan, Mas.”“Nggak bisa, Yang,” tolak Dirga, mencoba memundurkan tubuhnya, tetapi sulit.Suara ketukan kaca makin keras dan Dewi memaksa membuka pintu. Matanya seolah melompat keluar. Membuat Laras sembunyi di balik tubuh calon suaminya.“Maaf, Mas,” lirih janda muda itu, melepaskan rangkulannya di leher Dirga. “Ternyata belum dilepas.”Bahkan Dirga juga menarik tangannya dari pinggul sang kekasih.“Saya juga, maaf, Sayang.” Duda nakal itu gegas mengacungkan ibu jari pada sang ibu.Setelahnya, Dewi melangkah—kembali ke mobilnya. Ia memoles bibirnya yang sudah dipoles perona merah dan tangannya memijat pelipis.
Last Updated : 2025-11-05 Read more