Dewi terdiam mendengar permohonan Raina. Wajah Raina yang kusut dan air mata yang menggenang, serta kelolak yang membengkak, membuat naluri keibuannya meronta. Sedangkan dalam hati, Raina menyeringai puas. Ya, ia tahu mantan ibu mertuanya ini paling bisa ia pengaruhi, tidak seperti mantan ayah mertuanya. “Bisa kan, Ma? Aku butuh pekerjaan,” pinta wanita itu mengiba. Tangan Dewi menggenggam erat jemari Raina. Ini seolah persetujuan tak terucap. Mata sipit wanita paruh baya itu juga tampak teduh, dan Raina sudah yakin seratus persen rencananya berhasil. Dewi mulai bersuara, nadanya pelan dan lembut. “Raina … Mama mengerti apa yang kamu takutkan.”Mantan istri Dirgantara itu mengangguk pelan, air matanya kembali bercucuran jatuh. Wanita itu sungguh pandai merubah suasana hati dalam waktu singkat. “Tapi maaf, untuk kali ini Mama nggak bisa bantu kamu. Kenapa? Karena wewenang sudah ada di tangan Dirga, bahkan Papa saja nggak akan ikut campur. Dan kesalahan kamu kemarin itu sang
Terakhir Diperbarui : 2025-11-16 Baca selengkapnya