Benar kata Laras, tidak ada kata lelah untuk bercinta. Dua anak manusia yang dimabuk cinta dan gairah membara itu, masih berbagi peluh. Seprai yang sebelumnya rapi, kini bukan lagi kusut, tetapi terlepas. Bantal pun bercecer di dalam kamar. Bahkan Laras sampai menggunakan selimut sebagai alas kepala di atas lantai.Mereka seakan bosan di ranjang, sekarang bergumul di atas lantai. Dirga menghentak cepat pinggulnya, dan tangannya mengangkat bokong Laras, untuk membenamkan dirinya lebih dalam lagi.“Ugh … Mas, akh … ya, ampun, dalam banget,” Laras terus meracau, ia tak menhana setiap kata yang keluar dari mulutnya.“Gimana, puas?” Dirga menyeringai, tetesan keringat dari tubuhnya berjatuhan ke atas kulit Laras. Sambil malu-malu Laras mengangguk, “Puas, dong, Mas. Tapi aku lapar. Boleh makan dulu?” “Sebentar lagi keluar. Tahan dulu.” Dirga meningkatkan tempo, nyaris saja tubuh Laras terpental kalau saja tidak berpegangan pada kaki ranjang.Dirga kembali menebar benihnya. Ia mendongak, o
Terakhir Diperbarui : 2025-11-30 Baca selengkapnya