บททั้งหมดของ Sistem Keberuntungan Tanpa Batas: บทที่ 91 - บทที่ 100

Perlahan Chloe melepas jari-jari tangannya dari tangan Eric. Suaranya sedikit parau saat mengatakan, "Bukankah sebelumnya kalian mengatakan semua hanya pura-pura? Jadi, kali ini apakah kalian bersandiwara lagi? Apa ini hanya agar aku tidak mendekatimu, lagi, Eric?"Eric menghela napas. "Sebelumnya memang iya, tapi sekarang kami berpacaran karena saling mencintai. Dan tidak butuh alasan lebih banyak dari itu."Leher Chloe seperti tercekik oleh kenyataan. Hatinya hancur mendengar fakta yang paling tidak ingin ia dengar dari Eric. Ini terlalu mendadak, menyesakkan, dan berat untuknya. Chloe bahkan tidak tahu sampai kapan ia bisa berdiri di atas kakinya. Sungguh, lututnya terasa lemas."Dengar, hubungan kita hanya sekadar teman. Dan teman yang baik semestinya bisa menjaga privasi temannya. Selamat bermain golf!" Eric tersenyum miring sebelum mengajak Violet pergi, meninggalkan Chloe yang masih berdiri mematung di lapangan golf.Sebagai sesama wanita, Violet memiliki perasaan tidak tega ke

Wajah Violet tampak tegang. Ia tahu bahwa Eric mesti menyelesaikan lari lima kilometer. Namun, sejujurnya hatinya tidak tega jika sang pacar harus berlari lebih dari dua kilometer lagi. Ia bahkan bisa mendengar napas Eric yang masih tak teratur.“Apa kamu yakin?” tanya Violet lembut. Eric mencoba tersenyum agar Violet tidak terlalu cemas. “Aku tidak apa-apa,” ujarnya pelan. “Hanya sedikit, kehabisan tenaga.”“Sedikit? Kamu bahkan hampir jatuh barusan!” Violet menghela napas panjang, lalu menatap wajah Eric yang basah oleh keringat. Ia merogoh saku rompi kudanya, mengeluarkan sapu tangan kecil, dan tanpa ragu mengusap pelipis Eric.“Kenapa kamu memaksakan diri seperti ini?” tanyanya pelan. “Kamu tidak perlu selalu kuat di depanku."Eric terdiam sejenak. Ia menatap Violet dengan tatapan lembut tapi canggung. Di dalam dadanya, antara perasaan malu, cinta, dan beban misi bercampur menjadi satu."Dengar, tanpa melakukannya pun, kamu sudah menjadi pria terkuat di mataku. Kamu kuat menahan

Violet menelan ludah, senyumnya tak bisa disembunyikan. Ia mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi jangan sampai aku menabrak sesuatu, ya.”Eric tertawa kecil sambil menggenggam tangan Violet erat-erat. “Tenang saja. Aku tidak akan membiarkanmu terluka, bahkan sedikit pun.”Mereka berjalan perlahan meninggalkan padang rumput itu. Eric sesekali melirik ke arah gadis itu dengan senyum senang. Sepanjang perjalan pulang di dalam mobil, Violet berusaha untuk mengulik perihal kejutan yang disiapkan Eric untuknya. Namun, dengan tenang Eric menjawab setiap pertanyaan Violet tanpa memberikan sedikit pun klu tentang kejutan tersebut.Lalu, lagi-lagi Eric mengatakan, "Kamu akan tahu sendiri nanti saat melihatnya." Tak lama berselang mereka akhirnya tiba di depan rumah mewah milik Eric.“Sudah boleh kubuka?” tanya Violet setelah Eric menuntunnya untuk turun dari mobil. Ia menjadi tidak sabar karena semakin penasaran.“Belum,” jawab Eric cepat, menahan tawa. “Tinggal beberapa langkah lagi.”Eric menun

Eric menahan senyumnya melihat mimik wajah Violet yang menggemaskan karena cemas. Ia melanjutkan ucapannya masih dengan nada dan ekspresi yang serius."Aku ingin melamar Violet untuk menjadi istriku."Violet terbelalak lagi. Ia menutup mulutnya dengan tangan. Dadanya berdebar hebat seolah jantungnya akan melompat keluar. Ia menggigit bibirnya, dalam diam ia berpikir bahwa mungkin tadi hanya salah mendengar.Namun, keraguan Violet segera terbantahkan oleh perkataan Eric selanjutnya kepada David Jung."Ya, aku sangat serius. Besok aku akan ke rumah Paman untuk melakukan lamaran resmi. Tapi untuk sekarang, aku ingin meminta restu Paman dan Dokter Marry." Setelah melakukan itu, Eric menekan tombol speaker di layar ponselnya.Terdengar dari ujung telepon David Jung berteriak memanggil istrinya. Lalu, dengan suara bersemangat sekaligus bergetar David menceritakan niat baik Eric untuk melamar putri mereka. Lantas, sorak sorai dari Dokter Marry memekak, mengatakan dengan senang hati memberik

"Selamat! Anda Lolos ke Tahap Seleksi Lanjutan."Violet membaca tulisan di layar ponsel Eric. Seketika senyum manis terkembang di wajahnya. Ia berteriak senang, juga bertepuk tangan untuk merayakan keberhasilan sang kekasih."Apa ini artinya kamu diterima sebagai anggota baru klub dayung University of the Grand Houston?" Violet bertanya dengan antusias.Eric memotong steak daging untuk disuapkan kepada Violet. Ia menerima senyum manis dari gadis itu sebelum melahapnya.Eric lantas menjawab, "Belum tentu. Sebenarnya ada beberapa tahap seleksi. Setelah administrasi, berikutnya adalah tes fisik, yang akan dilakukan hari Senin sore setelah perkuliahan selesai. Jika aku lolos, masih ada tahapan berikutnya.""Astaga! Itu artinya kamu tidak memiliki banyak waktu untuk beristirahat, Eric." Violet khawatir. "Sebaiknya kita selesaikan segera makan malam ini, sehingga kamu bisa lekas beristirahat."Eric tertawa kecil. Ia kembali menyuapi Violet. "Istirahat mungkin akan menambah energiku, tapi be