Arsen memalingkan wajah, tapi genggaman Biya membuatnya sulit benar-benar pergi. Napasnya berat, seperti menahan sesuatu yang sudah terlalu lama mengganjal di dadanya.“Jangan nangis, Biya. Abang nggak mau lihat kamu kayak gini,” suaranya serak, tapi dingin.“Abang, maaf,” Biya mendongak, air matanya jatuh deras, suaranya pecah. “Abang boleh marah, abang boleh Jijik sama aku, abang a-aku yang-”“Cukup.”Satu kata itu membuat Biya terdiam. Tatapan Arsen tajam, tapi di baliknya ada luka, ada ketakutan.“Abang nggak mau tahu siapa yang mulai. Karena, yang abang tahu, kamu adik abang, dan kita disini untuk selesain masalah mama dan papa. Setelah semuanya selesai, kita kembali ke swiss, atau kalau perlu kita pindah negara.”Biya menunduk, bahunya bergetar. “Abang.”“Kamu bisa mulai hidup baru dengan bebas. Karena kali ini kita nggak perlu lagi pakai nama samaran, abang akan pastikan kalau bagas nggak akan sentuh kamu atau nemuin kamu lagi. Kamu juga bisa lanjut kuliah lagi, kamu bisa lakui
Huling Na-update : 2025-11-12 Magbasa pa