Teriakan anak memotong kebisingan alarm seperti peluit wasit di stadion. Ia duduk di anak tangga, sepatu kecilnya tersangkut di sela pagar; ibunya berjongkok, panik, mencoba menarik dengan cara yang justru membuat simpul semakin rapat. Orang-orang menurun melewati kami, sebagian melambat, sebagian merengut, semua menelan ketakutan lewat langkah cepat.“Boleh saya?” tanyaku pada si ibu. Ia mengangguk, mata berkaca-kaca.Aku berlutut, meraba simpul. Sepatu kanvas—tali tersangkut pada bibir besi yang licin. Kuyakin bagian yang tepat, lalu kudorong tumit kecil itu ke arah yang berlawanan, bukan menarik keluar. “Satu, dua—”“—tiga,” si ibu mengikuti, suara pecah. Kaki lepas. Anak itu memeluk ibunya tanpa suara.Kamera stringer yang tadi menyamping kini menukik, mendekat. “Mbak, lihat sini sebentar.”Aku mengangkat tangan, menutup lensa setengah; bukan menolak, hanya menahan. “Tolong jangan arahkan ke wajah anaknya,” kataku. “Ambil kaki tangga s
Huling Na-update : 2025-09-21 Magbasa pa