Jam digital di ponsel menunjuk 00:14 ketika Naya dan Arga berhenti di ujung koridor menuju balkon lantai 43. HR sudah diberi tahu; dua pengawal menunggu dua pintu di belakang—cukup jauh agar tidak mengusir orang yang hendak bicara, cukup dekat bila kata berubah jadi bahaya.“Kalau dia benar-benar datang, jangan mendekat dulu,” bisik Arga. “Dengar, catat, lalu tarik ke jalur resmi.”Naya mengangguk. Di telinganya, earpiece mengirim bisik Sinta dari ruang monitor: “Kamera internal aman. Tidak ada rig baru di teralis. Motion sensor normal.”Pukul 00:17, pintu balkon berderit. Seorang pria bertopi bucket, masker kain, dan jaket kerja muncul—bukan asing bagi Naya. Bahu sempit, tangan cekatan: Kenan.“Sendirian,” katanya lebih kepada dirinya sendiri daripada ke mereka.“Aku tidak,” jawab Naya, suaranya datar. “Ada protokol. Kalau kamu mau bic
Huling Na-update : 2025-09-04 Magbasa pa