Siang hari — di kantor Devan.Suara keyboard dan dering telepon bergantian terdengar di ruang kerja yang dipenuhi tumpukan berkas. Namun, di meja sudut dekat jendela, Devan hanya duduk diam menatap layar laptopnya yang sejak tadi tidak berubah.Devan menghela napas berat, menyandarkan punggung ke kursi. Di meja kerjanya, cangkir kopi sudah dingin, dan berkas laporan yang seharusnya dia periksa pagi ini masih belum tersentuh. Semuanya berantakan, pikirannya, perasaannya, bahkan hidupnya.Sejak kejadian malam itu bersama Chelsea, dia tidak bisa tenang. Devan tahu, seharusnya dia tidak membiarkan dirinya terjebak dalam situasi tersebut. Namun, malam itu, Devan sedang hancur, dan kelemahan itu membuatnya menyesal seutuhnya kini.“Pak Devan, rapat mulai satu jam lagi, setelah istirahat makan siang."Suara sekretaris baru, sekaligus sahabatnya, Riko, memecah lamunan. Devan pun mengangguk tanpa menoleh. “Iya, sebentar.”Namun begitu Riko keluar, tatapannya kembali kosong. Di layar ponsel, n
Last Updated : 2025-11-10 Read more