Semua Bab Triplet Jenius : Mom, Kami Temukan Suamimu!: Bab 71 - Bab 80

Sementara Thomas pergi ke arah bandara, Nichelle menyetir ke sekolah anak-anaknya. Ia memutuskan untuk masuk bekerja pukul 1 siang nanti. Setelah menjemput triplet jenius itu.Tak bisa dipungkiri, sepanjang perjalanan pikiran Nichelle melanglang buana. Menerka apa yang diurus Thomas di Uni States. Saat Nichelle dulu tinggal di sana selama 7 tahun, dialah yang menjadi direktur pelaksana di perusahaan induk milik Thomas. Perusahaan mereka di sana tidak menggunakan nama Howard sama sekali. Karena Thomas sendiri yang merintisnya dari awal, hingga besar seperti sekarang. Bahkan mengalahkan perusahaan keluarga milik Tetua Howard. Walau saat itu hanya pembicaraan selewat, Thomas pernah mengatakan bahwa semua yang ada di Uni States akan dia berikan pada Nichelle dan ketiga cucunya. Tentu saja saat itu Nichelle tidak serius menanggapinya. Karena Thomas hanya bicara sepintas. ‘Apa mungkin Dad benar-benar mewariskan perusahaannya padaku, lalu sekarang berniat mengubahnya menjadi milik Sarah

“Ah! Tidak!”Mybell langsung berseru dengan kedua talapak tangan menempel di pipinya. Histeris. “Daddy! Kau terlalu keren!”Dominic tergelak melihat reaksi putrinya yang menggemaskan. Helios dan Zayn bahkan langsung melemparkan tinju penuh kemenangan. “Yes!”Dengan wajah jahilnya, Helios menambahkan, “Sudah kubilang, Mom! Menikah saja dengan Paman—eh, daddy, maksudku!”Wajah Nichelle memerah, sementara matanya memelototi putra tertua itu. Mengabaikan perseteruan kecil antara Nichelle dan Helios, Mybell langsung mengangkat tangan. “Aku! Aku yang akan menggambar dekor tempatnya!”Dominic terkekeh melihat mereka bersemangat. “Sure, Mybell.”Kemudian calon ayah mereka itu berkata lagi, “Jadi, mulai hari ini kalian bisa panggil daddy dengan leluasa..”Tanpa berpikir lagi, mereka pun langsung menyerukan, “Daddy!”Wajah Nichelle merah padam. Ia bahkan belum merespon ucapan Dominic tadi, saking kagetnya. Secara pribadi, pria itu memang sudah melamarnya. Tidak disangka, Dominic akan melamar

“A—ayo!”Dengan gugup Thomas dan Maria masuk melewati gerbang yang pagarnya sudah hampir roboh. Harus ditopang dengan kayu besar. Kemudian mereka berjalan melewati banyak kamar bernomor, hingga tiba di depan pintu yang berlabel angka 12.Sedikit ragu, Thomas mengangkat tangan dan mengetuk pintu di hadapannya. Satu set ketukan. Tidak ada jawaban.Tiga set ketukan yang lebih mantap, juga tidak mendapat respon. Bahkan Maria mulai ikut mengetuk pintu. Mungkin karena suara ketukan yang terus menerus itu, pemilik kamar di sebelahnya keluar untuk menegur. “Oi, Gramps! Orang itu selalu pergi setiap jam segini!”Mendapat kesempatan, Thomas langsung bertanya, “Ke mana ya?”“Apa peduliku dia ke mana?!” sentak laki-laki yang sepertinya terganggu ketika sedang tidur. Padahal ini sudah pukul 10 pagi. “Jangan bikin ribut di tempat umum! Pulang sana!”Maria spontan beringsut mendekat, di belakang Thomas. Kaget dengan bentakan-bentakan orang itu. Dan tanpa melanjutkan, si tetangga kamar sewa memban

Nichelle menyibak lembut tirai pemisah antara kasir dan dapur. Memberitahu putranya bahwa ia ada di sana. Spontan Zayn yang menyadari ada gerakan dari samping kirinya, menoleh. Ia tersenyum menatap Nichelle, lalu kembali berinteraksi dengan penontonnya. Merasa tidak bisa mengganggu, Nichelle akhirnya menulis di secarik kertas. ‘Zayn, Mom ke rumah dulu. Jangan pulang terlalu malam!’Ia meletakkan kertas itu diam-diam di atas meja dapur, lalu pergi setelah Zayn melihat pesan yang ditinggalkannya. Sengaja berjalan lambat-lambat, Nichelle sambil mengirim pesan pada Dominic. Memberitahunya kalau ia dan Sarah akan segera bertemu, karena Thomas dan Maria sudah sampai di rumah.Dari kejauhan ia bisa melihat Sarah menggandeng seorang anak perempuan. Ia masih tidak tahu, kalau Mybell satu sekolahan dengan putri Sarah.Nichelle berjalan semakin dekat, tapi tidak berniat menunjukkan diri. Ia bersembunyi di balik rimbunnya ladang jagung tepat di depan rumah mereka.“Ayo, kutunjukkan rumah kali

“Kalian kenal?” tanya Nichelle terkejut. Fakta bahwa ketiga anaknya bersekolah di tempat yang sama dengan putri Sarah membuat Nichelle merinding. “Kami satu sekolah.” Zayn mengaku. “Maaf, Mom. Kami tak mau Mom khawatir, jadi kami tidak cerita soal dia.”“Jadi, kamu anak dari tante ini ya? Yang merebut hak mamaku!” seru Shuriel lantang. Nichelle kembali terkejut dengan ucapan seorang anak berusia 7 tahun. Namun, ia lebih kaget lagi ketika Zayn membalas ucapan jahat itu. “Ha! Bukannya mamamu yang tidak punya hati, membuang Oma Maria dan Opa Thomas, karena mereka miskin?! Sebaiknya jaga mulutmu, kalau kau tidak tahu kebenarannya!”Nichelle menepuk wajahnya pelan. ‘Anak ini pasti nonton film detektif sama Helios.’“Nah … sudah, sudah.” Nichelle melerai mereka. Ia berusaha bersikap ramah pada Shuriel. “Siapa namamu tadi? Shuriel?”Namun Shuriel membuang muka sambil bersedekap. “Hmph! Buat apa aku bicara dengan perempuan jahat sepertimu!”“Hey! Yang jahat itu Mamamu!” sentak Zayn tidak