جميع فصول : الفصل -الفصل 100

“Internet tidak pernah bilang kalau ada kolam renang semewah ini!” seru Helios dengan matanya yang bulat, berbinar penuh rasa kagum.Mybell dan Zayn pun tak ketinggalan. Mereka segera berlari mengelilingi atap tanpa kenal lelah. Kolam renangnya dibuat melingkari restoran barbeque. Membuat mereka semakin tidak sabar untuk mulai berenang besok. Sudah terbayang bahwa sambil berenang, mereka bisa menikmati berbagai sajian dari restoran itu. Sementara ketiga anak kembar itu berlarian ke sana dan ke sini, Dominic menemani Nichelle menuju meja yang sudah disiapkan. “Ini keren sekali!” seru Mybell sambil mendatangi restoran itu. “Paman! Kau yang desain semua ini? Kau hebat!”Yang diajak bicara oleh Mybell tak lain adalah si pemilik restoran sendiri. Ia tergelak senang karena akhirnya mengetahui tujuan si pembeli restoran miliknya itu adalah untuk anak-anak itu. Si pemilik restoran berkata, “Kau tidak tahu, gadis kecil? Papamu yang membangun kolam ini hanya dalam waktu 3 hari.”Spontan Myb

“Jangan bercanda!” Nichelle terkekeh sambil menangkup pipi Dominic dengan telapak tangannya. “Aku bahkan belum bertemu dengan orang tuamu secara formal.”“Buat apa?” Dahi Dominic berkerut. “Mereka tidak ada urusannya dengan pernikahanku.”“Kita perlu restu dari orang tua dan keluarga besarmu juga, Dominic.” Nichelle menjelaskan. Karena pada umumnya, itulah yang dilakukan orang-orang. Terutama keluarga Howard yang sangat menjunjung tinggi kehormatan.“Suka tidak suka, pernikahan bukan hanya tentang kita. Tapi tentang keluarga besar kita, Dom,” tambah Nichelle. “Kecuali kau putus hubungan dan tidak punya keluarga.”Dominic mengangguk. “Baiklah. Orang tuaku memang sudah bawel untuk membawamu pada mereka. Kebetulan bulan depan akan ada acara keluarga. Kita bisa sekalian mengumumkan pernikahan kita saat itu.”Melihat Dominic terus saja mencari celah untuk mempercepat pernikahan mereka membuat Nichelle tertawa dalam hati. Namun, ia tidak berniat menghalangi. Kalau calon suaminya itu sang

“Jangan mendekat, Franz!”Nichelle tak punya cara lagi untuk mengulur waktu. Ia sudah sangat ketakutan. Takut kalau pria itu memaksakan diri padanya. “Kenapa, Chel?” Wajah Franz terlihat kecewa, tetapi tidak membuatnya mundur. Tangan Franz mulai turun ke leher Nichelle, membelai lembut tengkuknya. “Kau mau kan, kembali denganku?”Susah payah Nichelle mencoba menjauh, tapi tenaganya hilang. Mungkin saking takutnya ia dalam keadaan itu. “Tidak, Franz! Jangan—”Bruk!“Ah!” Tubuh Franz tersungkur ke lantai. Merintih kesakitan. Dominic menendangnya dengan kencang. Tanpa bicara, ia langsung menggendong Nichelle pergi dari ruangan itu.“Dom!” seru Nichelle sambil memeluk pria itu. Dominic mengecup kening Nichelle, lalu beralih pandang pada Jemmy. “Urus orang itu!”“Baik, Tuan Dom!”Setengah mati Dominic menenangkan diri agar tidak membunuh Franz di sana saat ini juga. Pikirannya ia penuhi dengan kalimat, ‘Selamatkan Nichelle dulu. Selamatkan Nichelle dulu’.“Chel, dia tidak melakukan ha

“Apa?! Kau pergi liburan dengan Dominic?!”Seruan Thomas membuat telinga Nichelle hampir tuli. 3 hari setelah Nichelle bicara dengan Maria, Thomas akhirnya pulang. Mereka tidak menunggu lama untuk menjelaskan semua yang terjadi selama sang kepala keluarga itu absen.Tadinya, Nichelle hanya berniat menjelaskan kalau ia pergi berlibur ke hotel bersama anak-anak. Ia dan Maria sepakat untuk tidak menyebut Dominic. Sayang, Nichelle tak sampai hati berdusta pada sang ayah. Kalau memang akan kena marah, itu lebih baik ketimbang ia harus membohongi ayahnya. “Kau sudah mau go public mengenai hubungan kalian?!” tukas Thomas tidak setuju dengan kelakuan Nichelle. “Dia bukan orang yang tepat kau jadikan suami, Nichelle!”Maria mencoba menengahi. “Thomas! Bukan itu inti masalahnya!”Thomas menatap Maria kemudian berkata, “Aku tahu ada masalah soal Sarah, tapi buatku hidup Nichelle lebih penting untuk dibahas, Dear.”Walau kena marah, Nichelle merasa lega karena sudah jujur pada Thomas. Pria itu

“Dominic?!” seru Nichelle. Ia terkejut melihat calon suaminya menunggu di lobi kantor. Padahal mereka tidak membuat janji untuk bertemu hari ini. “Ada apa? Kenapa pas sekali?” Nichelle langsung melingkarkan tangan di tubuh Dominic, memeluknya erat. “Aku senang dijemput seperti ini.”Dominic terkekeh. “Aku berniat menemui ayahmu. Katamu dia memintaku datang, kan?”“Sekarang?!” tanya Nichelle tidak siap. “Kau yakin? Aku belum mengecek seperti apa mood Dad hari ini.”Tangan besar Dominic hampir membungkus wajah Nichelle. Ia mengusap pelan kedua pipi calon istrinya itu dan berkata, “Tidak masalah. Aku bisa mengatasinya. Kami sudah pernah bertemu.”“Tapi—”“Ayo, Nichelle! Biar Jemmy yang bawa mobilmu.” Tangan Dominic turun menggenggam Nichelle dan mempersilakan wanita itu masuk ke kabin depan, di samping kursi pengemudi. Jantung Nichelle ramai sekali berdebar. Was-was dan gugup. Ia sangat tidak siap. Walau Dominic yang akan bertemu dengan Thomas, ia tetap tidak bisa menghilangkan rasa t