All Chapters of Turn Out: Chapter 11 - Chapter 20

"Kamu panggil yang ini sama ini buat ketemu Pak Andreas, setelah beliau ok mungkin bisa dipanggil untuk penjelasan selengkapnya." Vania menatap berkas yang diberikan Zafran setelah proses interview, waktu yang dilakukan dengan beberapa kandidat memakan cukup lama, bahkan melewati jam makan siang. Mengambil berkas yang diberikan Zafran padanya, dimana artinya akan bertemu dengan Andreas untuk bertanya tentang waktu yang dimiliki."Sudah makan?" Vania menggelengkan kepalanya "Kita makan sekarang." Berjalan bersama menuju kantin untuk makan siang, suasana kantin yang sudah sepi membuat Vania dan Zafran bisa berbicara dengan santai. Mengambil makanan untuk masing-masing sebelum memutuskan duduk berhadapan, tidak ada yang membuka suara selama makan, Vania juga tidak tahu membicarakan apa dengan Zafran."Berita tentang Pak Andreas, menurut kamu gimana?" Zafran membuka suara setelah selesai minum."Bagaimana yang gimana? Bapak minta pandangan

"Kamu proses, dia mau dengan gaji segitu. Siapkan kontrak dan trainingnya." Menerima berkas kandidat yang lolos, hembusan napas panjang dikeluarkan dan itu artinya satu beban terangkat sudah. Selanjutnya mencari kandidat lainnya, tapi sampai saat ini belum ada acc dari sang pemilik pabrik. Menatapnya sekilas sebelum akhirnya menyiapkan kontrak dan surat internal untuk training kandidat, meskipun kandidat tidak untuk pabrik tetap saja mereka yang akan sibuk sendiri. "Saya, Pak Fandy dan Pak Andreas akan berangkat besok ke Jakarta. Kalian kalau ada yang diperlukan bisa sekarang." "Ngapain, pak?" tanya Putri penasaran. "Ketemu sama orang penting." Vania tidak tahu tentang hal ini, kedua pria ini tidak memberitahukan apapun saat bertemu. Pertemuan macam apa yang akan mereka temui nantinya, tampaknya pertemuan ini adalah pertemuan rahasia. "Vania dan Putri, kalau bisa kandidat tersebut saat Pak Andreas pulang bisa langsung masuk." "Memang kapan, pak?" tanya Vania. "Pak A

"Nia, ada kecelakaan kerja."Vania menghentikan proses interview yang berlangsung, meminta maaf agar bisa ditinggal sebentar. Melangkahkan kakinya menuju tempat para pekerja lapangan berada, langkah kakinya terhenti saat Isa membawa pekerja tersebut kedalam mobil bersama dengan Titik."Gimana kejadiannya, Put?" tanya Vania pada Putri yang ada disebelahnya."Belum tahu, aku kesana dulu tanya kronologisnya." "Aku lanjut interview masih ada dua kandidat, kalau sudah selesai baru ke ruangan." Putri menganggukkan kepalanya.Vania menghentikan gerakan saat melihat Andreas terdiam, mengerutkan keningnya sebelum akhirnya memilih berjalan mendekat, menatap dalam diam sampai akhirnya memilih menepuk lengannya pelan."Kamu bikin kaget." Andreas memberikan tatapan tajam."Bapak lagian diam kaya apaan, memang kenapa?" "Kamu sudah selesai interview?" Vania menggelengkan kepalanya "Kalau sudah ke ruangan."Menatap p

"Tante, titip ayah. Bilang jangan telat makan dan jangan banyak melamun."Vania menatap Farel yang terlihat sedih, tapi semua ditutupinya dengan tersenyum. Bocah laki-laki ini terlihat berat berpisah dari Andreas, mereka berdua bahkan menghabiskan waktu bersama di rumah yang sekarang di kontrakkan Andreas dengan terpaksa. "Siap, tante bantu ingetin." Vania merapikan rambut Farel perlahan "Pintar-pintar disana, buat bangga ayah." "Sudah semua, ayo." Andreas mengulurkan tangan ke Farel yang langsung disambutnya.Berjalan berdampingan dengan Farel yang berada di tengah mereka, tidak akan terlihat jika mereka berdua memiliki jarak usia yang jauh, mereka sepakat memakai pakaian dengan warna yang sama yaitu merah. Warna kesukaan Farel, bersyukur Vania memilikinya.Vania bisa berangkat bersama Andreas dengan memberikan alasan jika dikirim ke Jawa Tengah untuk mengurus sesuatu, berangkat setelah pulang kerja dan akan menghabiskan waktu disana b

"Kesalahan ada di kami, Pak Zul. Kami mohon maaf, tapi Pak Zul juga salah kenapa nggak langsung melaporkan? Kami tidak mungkin mengecek satu per satu karena begitu sudah diinput secara otomatis tersambung ke finance.""Jadi bagaimana, pak?" "Bu Vania akan memberikan kontrak perpanjangan buat Pak Zul, seharusnya kontrak di tanda tangani bulan lalu tapi karena kesibukan jadinya terlupakan." Vania menyerahkan kontrak karyawan dihadapan Zul yang mengambil dan langsung tanda tangan, menatap Zafran yang masih dengan sikap tenangnya. Mereka sudah lama tidak bertemu, semenjak Vania memutuskan bersama dengan Andreas. Sikap yang diperlihatkan padanya adalah sikap atasan pada bawahan, setelah itu tidak ada lagi interaksi diantara mereka berdua."Kekurangan uang Pak Zul, tidak bisa kita berikan.""Kenapa begitu? Kesalahan dari pihak sini, tapi kenapa tidak mau tanggung jawab?" Zul seketika tidak terima dengan keputusan Zafran."Kalau bapak