All Chapters of Turn Out: Chapter 21 - Chapter 30

"Aku dengar hubungan kamu sama Pak Andreas sudah sangat serius, benar?" Vania mengerutkan kening saat mendengar pertanyaan Zafran tanpa memulai sesuatu yang basa-basi, secara langsung saat mereka duduk berhadapan setelah memesan makanan. "Nggak ada basa-basi dulu gitu? Kita udah nggak ketemu lama." Vania menggelengkan kepalanya "Lagian mas yang bilang terserah aku." "Memang, berarti kamu sudah memilih dan artinya siap dengan segala resiko." "Setiap hubungan pasti ada resikonya, mas. Nggak mungkin hubungan itu mulus begitu saja, kenapa tiba-tiba bahas hubunganku? Apa mas akan memberikan peringatan yang sama kaya Mas Reno? Kalian nggak sedang kerjasama agar aku putus, kan?" "Kamu akan sama aku kalau memang putus?" Zafran menatap dalam Vania."Belum tahu, jodoh nggak ada yang tahu." Vania mengangkat bahunya "Aku sedang menikmati hubungan ini, mas. Berita tentang dia, bisa jadi masukan buatku. Mas tahu bagaimana orang yang jatuh

"Sibuk banget jadi orang! Memang kamu tinggal dimana sekarang? Umi bilang dapat tempat tinggal dari pabrik, benar?" Vania mengangguk kepala untuk mencari jawaban aman, Syifa memicingkan matanya "Hubungan sama duda gimana?" "Begitulah," jawab Vania sambil mengangkat bahu."Hot nggak di ranjang?" Vania seketika memukul lengan Syifa "Aku kan cuman tanya, siapa tahu kalian sudah begituan." "Nggak gitu juga, Cipa." Vania menggelengkan kepalanya "Kita mau menghabiskan waktu loh ini, nggak usah bahas masalah cowok.""Kenapa? Biasanya juga gitu, ada masalah?" Menatap Syifa, memikirkan akan membukanya atau tidak. Menceritakan semua yang ada dalam pikirannya tentang Andreas dan semua kata-kata Reno juga Zafran. Pulang dari Jakarta, Vania merasa jika Andreas menjaga jarak dengannya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang pria itu tidak menghubungi sama sekali, jadinya Vania tidak tahu keberadaannya."Kalian lagi berantem? Kamu

"Kenapa kandidat nggak ada yang benar? Kamu udah kasih tahu caranya seleksi lamaran, kan?""Sudah, pak."Zafran menghela napas panjangnya "Ikut saya keluar." Vania mengerutkan kening, bibirnya ingin bertanya lebih tapi melihat ekspresi Zafran akhirnya memilih diam. Melangkah ke mejanya dengan menatap bingung depan komputer, suara pintu terbuka tampak Zafran yang membawa tasnya. Vania yang tidak tahu akan kemana memilih mematikan laptop dan menutupnya, mengambil ponsel dan juga tas serta thumbler. Melangkahkan kakinya menuju kearah mobil, tampak Zafran sudah menunggu disana."Kita kemana, pak?" tanya Vania ketika mobil sudah keluar dari lingkungan pabrik.Zafran menatap sekilas dari sudut matanya "Apa hanya Andreas saja yang bisa mengajak kamu keluar dengan alasan pekerjaan? Kalau aku kasih tahu buruknya Andreas pastinya tidak akan percaya, jadi lebih baik kamu tahu dan dengar sendiri.""Kasih tahu aja memang apa buruknya," ucap

"Kamu sudah minta data diri Edwin?" "Memang mas nggak punya?" Vania mengerutkan keningnya.Zafran menggelengkan kepalanya "Bayu yang punya, coba kamu tanya dia atau hubungi Edwin sendiri." "Mas mau kemana?" Vania memicingkan mata melihat Zafran yang memasukkan barang-barangnya."Keluar sama Pak Fandy dan Pak Andreas. Siska, kandidat yang diminta belum dapat? Kalau belum cari lagi karena Pak Fandy sudah mulai tanya." "Ya, pak.""Van, kamu cek seleksi yang dipilih Siska. Jangan lupa kamu hubungi Bayu atau Edwin buat minta data Edwin. Aku tinggal kalau begitu," ucap Zafran yang langsung melangkah keluar.Fandy sekarang lebih banyak keluar dengan Zafran atau Reno, sedangkan Andreas lebih banyak di pabrik, walaupun tetap lebih banyak dengan Andreas. Fandy memang meminta Andreas fokus di pabrik, tapi tetap saja setiap melangkah selalu diskusi dan meminta pendapat Andreas.Mengingat pria itu seketika teringat perbua

"Gosip tentang Pak Andreas." Vania mengerutkan kening, jantungnya berdebar kencang dan semoga saja hubungan mereka masih belum diketahui banyak orang terutama mereka yang masih satu pekerjaan dengan dirinya."Pak Andreas itu pisah karena dia yang selingkuh bukan istrinya, kapan itu aku lihat dia sama wanita tinggi dan langsing, jalannya mesra gitu dan bahkan si cewek bergelayut manja di lengan Pak Andreas."Vania mencoba mengingat kegiatan Andreas seminggu ini, mereka memang tidak pernah memberi kabar jika tidak bertemu. Hubungan mereka seakan hanya untuk menuntaskan hasrat satu sama lain, meskipun Andreas sudah meminta pada orang tuanya. Vania terkadang merasa tidak yakin melanjutkan hubungan dengan Andreas setelah lamaran yang dilakukannya, tapi tubuhnya seakan mengharapkan sentuhan dari Andreas jika tidak bertemu. Lamaran yang dilakukan Andreas mungkin lebih pada kelamin dan tubuh mereka yang cocok bukan visi dan misi."Aku itu penasaran sama