Ciuman itu semakin menuntut, semakin liar, seakan Raka tidak ingin memberi Aruna kesempatan untuk bernapas.Tubuh wanita itu direkatkan erat ke dadanya, lengan kekar Raka membungkusnya tanpa celah. Aruna meronta dan menekan dada pria itu dengan segala tenaga, namun Raka tidak bergeming.“Lepas … Raka, lepaskan aku!” desisnya di sela napas yang terengah.Semua perlawanannya terasa sia-sia, sampai akhirnya Aruna menemukan celah.Dengan sekuat tenaga, dia mendorong bahu Raka dan melepaskan bibirnya. Nafasnya terengah, matanya berair, lalu—plak!Tamparan keras mendarat di pipi kiri Raka. Suara itu bergema di ruang kerja yang hening.Rahang pria itu langsung mengeras dan urat di lehernya menegang. Tatapan matanya berubah, dingin sekaligus menyala oleh amarah yang terpendam.Aruna terperangah oleh tindakannya sendiri, tapi dia sama sekali tidak menyesal.Matanya justru berkilat menatap Raka penuh dengan amarah. “Kau gila, Raka!”Namun bukannya mundur, Raka justru mendekat dengan tatapan pen
Last Updated : 2025-09-16 Read more