Langit sore tampak mendung ketika mobil Raka berhenti di halaman rumah besar itu.Hujan yang turun tipis membuat udara dingin, seolah menyerap kesedihan yang tak sempat diucapkan.Di kursi penumpang, Aruna duduk mematung. Wajahnya pucat, matanya masih basah.Sejak mereka meninggalkan kantor, ia tak banyak bicara — hanya memeluk tas kecilnya erat-erat seolah itu bisa melindunginya dari seluruh badai yang menanti.Raka mematikan mesin mobil. Hening. Hanya suara rintik hujan di atap mobil dan napas keduanya yang terdengar.Lalu, perlahan, Raka menoleh ke arah Aruna. Ia melihat wanita itu berusaha menahan air mata yang kembali ingin jatuh, namun gagal. Satu tetes menuruni pipinya.“Aruna,” panggilnya pelan.Aruna menunduk, bahunya bergetar. “Aku takut, Raka,” suaranya nyaris tak terdengar, tapi penuh ketakutan yang sesungguhnya.“Kau tahu sendiri Selina dan ibumu seperti apa. Sekarang semua orang tahu. Mereka pasti akan menekan aku habis-habisan. Aku bisa menghadapi semuanya sendiri, tapi
Last Updated : 2025-10-09 Read more