All Chapters of Terpaksa Tidur Dengan Atasan Bapak: Chapter 31 - Chapter 40

“Baiklah, Mas! Aku akan memberimu kesempatan, asal kamu bisa meluluhkan hati Bapak dan Ibu.” Tersenyum semringah, Azka bangkit kemudian membantu Naura berdiri. Dipeluk erat sang kekasih untuk melepas kerinduan yang telah mengendap di dasar hati. Seminggu tanpa Naura, hidup menjadi hampa. Setelah puas meluapkan rindu, mereka kembali duduk. Azka tak henti mengabarkan betapa hatinya sepi tanpa kehadiran istrinya. Meski Naura hanya menanggapi sederhana, tapi jauh di dalam lubuk hati perempuan itu merasakan hal yang sama. Obrolan mereka terhenti saat Rendy dan Lina pulang menggunakan sepeda motor. Tadi, saat Firman datang, mereka memang susah bersiap mau bepergian. Tentu saja mereka kaget saat pulang justru Azka yang sedang bersama Naura. “Berani sekali kamu ke sini setelah apa yang kamu lakukan pada anakku! Dasar tak tahu malu!” sentak Rendy seraya mendekat. Meski mendapat hujatan, Azka bangkit dan menyambut mertuanya dengan meraih tangan hendak mencium takdim. Namun, Rendy justru me

“Anu, Mas! Dokternya tadi bilang Ibu baru bisa dioperasi besok siang,” ungkap Friska. Azka tersenyum tenang. Dia semakin yakin sesuatu sedang disembunyikan oleh Friska. Namun, Azka berusaha menyembunyikan kecurigaannya agar Friska lengah dan mudah untuk terbongkar. “Oh ... ya udah. Ayo makan,” ucap Azka kemudian. Setelah Alex memimpin doa, mereka mulai menyantap makan malam. Suasana semakin hangat karena sesekali diwarnai obrolan dan canda. Namun, itu tak berlaku untuk Friska. Dia cenderung kesal karena tak satu pun mau mengajaknya bicara. Selesai makan, Azka mengajak istrinya ke kamar. Banyak hal yang ingin diceritakan setelah satu minggu tak bertemu. Rindu itu membuncah dan telah terbayar melihat senyum di wajah sang kekasih hati. “Mas ... kamu tidur sama aku dong! Aku takut sendirian,” rengek Friska sebelum mereka pergi. “Jangan gila kamu! Kalian belum menikah jadi enggak boleh tidur bersama!” protes Widya. “Loh ... kenapa? Toh aku susah hamil. Kami sering melakukannya!” Se

“Cie ... ngambek.” Azka meraih pipi Naura dan memaksa untuk menatapnya. “Apaan sih, Mas!” Naura menepis tangan Azka dan memasang wajah cemberut. “Kamu cemberut aja cantik, Na, apalagi kalau senyum. Coba senyumnya mana.” Azka kembali menggoda sembari menempelkan jari ke pipinya sendiri sambil berpose seolah-olah berada di depan kamera.“Gombal!” Naura menjulurkan lidah berusaha menutupi kegugupan hati. Entah mengapa setiap pujian yang diucapkan Aka selalu membuatnya melayang. “Benaran kok. Kamu memang cantik, Na! Apalagi kalau pakai topeng. Pasti cantik banget.” “Ini namanya pelecehan!” Naura bersungut-sungut seraya memukuli lengan suaminya. Dia benar-benar enggak menyangka jika Azka yang terkenal arogan rupanya bisa bercanda juga. Azka menangkap tangan Naura, lalu membawa ke dalam pelukan. Naura tak marah dengan ejekan itu dan balas memeluk erat. “Aku tak peduli kamu mau tetap cantik atau enggak, tapi yang jelas aku ingin memua bersamamu,” bisik Azka.Seketika bulu kuduk Naura m

Tanpa banyak tanya, dua orang lelaki maju dan bersama-sama menendang pintu. Hanya dengan sekali percobaan pintu langsung terbuka dan memperlihatkan dua anak manusia yang sedang berbaring dengan tubuh dipenuhi peluh. Friska yang sedang melepas lelah langsung kaget saat pintu ruangan mendadak terbuka. Buru-buru menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya yang sempat menjadi tontonan gratis, sedangkan Dion langsung berdiri dan mengenakan kolor yang tergeletak di lantai. Dengan senyum tenang Azka menggandeng Naura memasuki kamar kontrakan. Beberapa orang suruhan juga turut masuk dan berdiri di belakang majikannya. “Ma-Mas Azka.” Friska gelagapan saat menyadari orang yang datang adalah Azka. Dion juga tak kalah panik. Dia sadar jika posisinya dalam bahaya karena mengenal betul seperti apa mantan atasannya itu. Siapa pun yang berani mengusik akan dilibas dengan mudah. “Iya. Ini aku Azka,” jawab Azka tenang. Sama sekali lelaki itu tak menunjukkan kemarahan. Justru terlihat senang denga

Sebisa mungkin Alex bersikap tenang. Dia menarik kursi dan duduk lalu meraih tangan perempuan di depannya dan menggenggam erat. “Aku mengaku salah. Kemarin aku benar-benar stres dan tak bisa berpikir tenang. Akun tak benar-benar ingin kita berakhir. Aku ingin kita balikan lagi.” Dokter Erina menarik tangannya lalu membuang pandangan ke samping. Diputuskan kekasih tanpa kesalahan membuat hatinya remuk berkeping-keping. “Maaf itu gampang, Mas! Balikan juga perkara mudah. Hanya saja, aku benci lelaki yang mudah memutuskan hubungan sepihak. Jika kita sudah menikah, kamu pasti akan mudah menjatuhkan talak. Jadi, sepertinya ini sudah benar. Kita jalani hidup masing-masing.” “Enggak, Rin. Kita enggak mungkin saling menjauh. Kita saling mencintai dan ditakdirkan bersama.” Alex terus membujuk.Cinta di antara mereka memang besar, hanya saja terbentur kurang kedewasaan. Terlebih usia mereka sepadan, jadi memiliki keegoisan yang sama. “Cinta tak harus saling memiliki, Mas!” ucap Dokter Eri