Semua Bab Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa : Bab 61 - Bab 70

Bab 61Menurut Liam, setiap orang memiliki malaikat tersendiri dalam hidup mereka. Yang melindungi dan menjadi penolong dalam hidup mereka. Entah orang tua, pasangan, teman, bahkan orang asing.Di mata Liam sendiri, malaikat itu adalah ayah angkatnya. Orang yang sudah menariknya keluar dari lubang keterpurukan. Mengajaknya mengenal dunia yang sebenarnya.Sebelumnya, malaikatnya itu redup. Terlalu lama sampai Liam lupa kapan dimulainya. Lalu saat senyum itu terlihat lagi dengan matanya yang ikut bergerak, Liam dibuat kebingungan sendiri harus bagaimana.Buncahan rasa senang dan lega terlalu besar. Sebagai jawaban bahwa semua usaha yang dilakukannya selama ini untuk membalas kebaikan ayah angkatnya tidak sia-sia.Pria itu sepertinya sadar bahwa Liam hanya membeku sejak dirinya menyapa untuk pertama kali.“Apa kau hanya akan berdiri di situ dan tidak berniat sedikit pun untuk memeluk ayahmu ini?” Greyson berbicara lagi. Memaksa Liam untuk mengedipkan mata akhirnya.“Ah, ya.” Liam baru ba

“Selamat malam, Nona.” Dua pengawal di bagian depan kamar rawat Greyson menyapa Rosalie yang malam itu baru tiba di sana.“Ya, selamat malam juga.” Rosalie menyahuti ramah, dengan selingan senyum yang menyenangkan.Ia langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Menemukan Liam baru berdiri dari kursi. Pria itu seperti ingin pergi meninggalkan ruangan.“Jangan bilang kau datang ke sini sendirian?” Liam bertanya dengan pandangan tajam.“Tenang saja. Aku datang bersama sopir,” jawab Rosalie bergerak lebih dekat pada ranjang.“Baguslah.” Liam dengan cepat berubah lega. “Kebetulan sekali. Bisakah kau menemani Tuan Grey di sini? Aku baru akan pergi ke kantin sebentar. Perlu membeli kopi.”“Ya. Baiklah.” Rosalie menganggukan kepalanya.“Kau ingin menitip sesuatu?”“Tidak, Liam. Perlakukan saja dirimu dengan baik, aku akan menggantikanmu.”Liam hanya mengangguk dan langsung keluar dari ruangan. Digantikan oleh Rosalie yang mulai mengambil langkah hati-hati ke tepian ranjang.Suasananya mas

Benjamin kembali lagi ke ruangan itu. Ruang konferensi di perusahaan Syl Hampton. Itu adalah kedatangan keduanya. Menjadi langkah-langkah baru yang membawanya semakin dekat dengan kehancuran seseorang.Asistennya duduk di sampingnya sementara seorang wanita yang dulu pernah penyambutnya tersenyum lebar di ujung meja.“Kalau begitu saya akan segera memanggil Pak Liam dan Bu Rosalie. Silakan perlakukan diri Anda senyaman mungkin.” Sarah—asisten pribadi Liam berbicara.Benjamin menarik senyum. “Terima kasih.” Dia berkata ramah dan Sarah pun segera menghilang di balik pintu.Penantian itu tidak lama dan matanya segera bertemu dengan wajah lain setelah pintu kembali terbuka. Wajah polos dan lugu milik Rosalie. Yang terlihat mudah sekali dibodohi.Gadis itu nampak bersemangat. Siap sekali memulai kerjasama besar yang akan membesarkan nama perusahaan.Di belakangnya terdapat tiga orang lain. Ada Owen yang tangannya penuh dengan berkas dan beberapa peralatan untuk rapat. Pria lainnya merupaka

“Saya sama sekali tidak mengerti apa yang sedang Anda bicarakan.” Rosalie tertawa hambar. Berusaha mencairkan suasana yang entah bagaimana berubah menjadi sangat tegang. Apa-apaan obrolan itu? Ia datang ke perusahaan Benjamin untuk sepenuhnya mengenal mitra kerjanya. Tapi kenapa pria itu malah mengorek urusan pribadinya?Di tengah kebingungan Rosalie itu, Benjamin turut tertawa juga. Benjamin mengerti bahwa Rosalie tidak akan semudah itu percaya kepada dirinya. Karena Liam lah yang memperkenalkannya pada dunianya yang sekarang. Tidak hanya itu, dia juga memperlakukannya dengan sangat baik.Mustahil tiba-tiba untuk menerima bahwa pria itu tidak bisa dipercaya. Benjamin sadar bahwa pendekatan yang dilakukannya harus jauh lebih halus daripada itu. Agar Rosalie tidak curiga.“Ingin mampir ke ruanganku sebentar? Kita sudah mengelilingi perusahaan sejak tadi. Kupikir kau perlu duduk sebentar.”Benjamin mengalihkan pembicaraan. Rosalie agak ragu di sana, tapi jelas sangat tidak sopan kalau

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Mengalir begitu saja. Malam terus berlalu dan dipecah fajar setiap paginya.Beban pekerjaan Rosalie menjadi jauh lebih berat serta bertambah banyak, tapi seiring dengan semua waktu yang dilewati olehnya, Rosalie perlahan mulai terbiasa. Bisa mengimbangi semuanya.Siang itu, Rosalie turun ke lantai dasar. Pergi ke cafe untuk membeli kopi dan beberapa camilan. Dia tidak tahu bahwa saat kepergiannya, ada Liam yang memasuki ruangannya.Pria itu cukup bingung karena tidak melihat Rosalie ada di ruangannya, tapi memilih menunggu di sana saja. Toh, Rosalie juga tidak akan pergi ke mana-mana dan pasti akan kembali.Sudah sampai 10 menit setelah kedatangan Liam, pintu ruangan terbuka. Rosalie yang baru masuk ke dalam ruangan dibuat berjengit ketika melihat Liam duduk di sofa yang ada di ruangannya.“Astaga, hampir saja jantungku terlempar keluar dari dadaku.” Rosalie berbicara dengan mata mendelik dan pria itu hanya tertawa kecil.“Aku sama sekali tidak berm