Udara malam di pusat kota menusuk tajam, dinginnya memantul dari kaca-kaca tinggi Albrecht Tower yang menjulang bagaikan monumen kesombongan. Lampu-lampu kota berkilau di bawahnya, tapi area di sekitar gerbang utama terasa sunyi, terlalu sunyi—seperti napas ditahan menunggu sesuatu pecah.Kael melangkah pelan ke arah gerbang besi hitam itu. Setiap langkahnya mantap, tenang, seolah ia sedang berjalan menuju rumah sendiri.Namun, jauh di atas sana, lantai 30—dua bayangan membeku di balik kaca gelap.“Target sudah di zona,” bisik salah satunya, suaranya datar, nyaris tanpa emosi. Jemarinya mantap menempel pada pelatuk senapan anti-materi, larasnya panjang berkilat, siap melepaskan maut.Yang lain, seorang pria dengan bekas luka di pipi, menghela napas panjang. “Jarak 1200 meter. Angin nol koma dua ke barat. Tidak ada kemungkinan meleset.”“Dia hanya manusia,” timpal yang pertama. “Sekalipun bukan, seperti yang dikatakan Tuan Albrecht, tapi peluru ini bisa menembus baja setebal seratus se
Last Updated : 2025-09-11 Read more