Langkah-langkah berat lima pria besar itu mendekat, lingkaran semakin rapat. Pemukul besi berkilat di bawah sinar siang, kabel pengikat sudah siap di tangan salah satu dari mereka. Kael masih berdiri tenang, bahkan matanya setengah terpejam, seolah mengantuk."Sudah mulai?" gumamnya pelan, menguap kecil. "Kupikir kalian akan menari dulu."Ucapan itu membuat salah satu dari mereka kesal, sehingga melompat lebih dulu, mengayunkan pemukulnya lurus ke arah kepala Kael. Kael hanya memiringkan tubuhnya setengah langkah, dan pukulan itu menghantam kosong, menyapu angin. Dengan gerakan santai, Kael menepuk bahu penyerang itu."Kau tadi sudah sarapan? Tanganmu lemas sekali," katanya dengan nada seolah berbicara pada anak sekolah.Pria itu semakin kesal, hendak berbalik, namun sikut Kael mendarat lebih dulu di ulu hatinya. Seketika, napasnya tersedak, tubuhnya terlipat seperti kain basah dan terhempas ke dinding bata. Satu tumbang."Astaga," Kael bersiul pendek. "Kau terbang hanya karena mene
Last Updated : 2025-09-14 Read more