Malam di balairung istana meraung pelan oleh deru lentera minyak. Bayangan kolom kayu menari di dinding, membawa keheningan ke dalam ruangan besar tempat tiga orang duduk mengitari meja bundar dari kayu jati—Arya Wuruk, Rendra, dan Gajah Mada. Di luar, hujan tipis baru saja mereda; udara malam membawa dingin yang membuat mereka semakin fokus pada peta, gulungan lontar, dan catatan-catatan kecil yang disebarkan di meja.Arya menatap Gajah Mada dengan tatapan yang sulit dibaca—perintah seorang raja, rasa penasaran, dan sesuatu yang lain lagi. “Besok, apakah kau ada urusan mendesak di bendaharamu, Gajah Mada?” tanyanya singkat.Gajah Mada, yang masih menyamar, terkejut. Lidahnya sempat terselip kala menjawab, “Tidak… tidak ada pekerjaan mendesak, Paduka.” Suara itu dipaksakan berat, ragu.“Akan lebih baik jika kau menginap di istana malam ini,” lanjut Arya, nada berubah halus menjadi perintah yang diplomatis. “Aku membutuhkan masukanmu—bukan hanya dari Rendra atau para rakryan, tetapi j
Terakhir Diperbarui : 2025-10-04 Baca selengkapnya